Ekspor Makin Loyo, Neraca Dagang September Defisit US$ 160 Juta

Agatha Olivia Victoria
15 Oktober 2019, 11:50
Suasana kegiatan ekspor impor di kawasan Tanjung Priok,  Jakarta Utara (28/6). Tiongkok tetap merupakan negara tujuan ekspor utama dan terbesar Indonesia dengan nilai US$ 9,55 miliar atau 15,13% dari total ekspor. Jumlah ini diikuti AS dengan nilai US$ 7,
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi. BPS mencatat ekspor pada September 2019 mencapaiUS$ 14,1 miliar turun 1,21% dibanding bulan sebelumnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada September 2019 defisit sebesar US$  160 juta, memburuk dibanding bulan sebelumnya yang mencatatkan surplus US$ 85 juta. Defisit tersebut terutama disebabkan kinerja ekspor yang turun, sementara impor mulai meningkat. 

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan ekspor pada September tercatat sebesar US$ 14,1 miliar turun 1,21% dibanding bulan sebelumnya atau 5,74% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, impor pada September tercatat masih meningkat 0,63% dibandingkan bulan sebelumnya atau turun 2,41% dibanding periode yang sama tahun lalu.

"Neraca perdagangan pada September 2019 defisit US$ 160 juta. Secara kumulatif, Januari-September 2019, neraca perdagangan defisit US$ 1,95 miliar,"

 (Baca: Ekonom Proyeksi Neraca Perdagangan Surplus Meski Ekspor-Impor Turun)

 Menurut Suhariyanto, ekspor secara kumulatif Januari-September tercatat sebesar US$ 124,17 miliar, turun 8% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara impor secara kumulatif tercatat sebesarUS$ 126.115,8 juta, turun 9,12% dibanding periode sama tahun sbeelumnya

Ia menjelaskan penurunan ekspor hampir dialami oleh seluruh sektor.  Ekspor migas sepanjang tahun ini turun 25,27%, pengolahan turun 3,39%, pertambangan dan lainnya turun 17,41%. Hanya sektor pertanian yang berhasil naik sebesar 2,58%.

"Ini semua karena negara tujuan ekspor kita melambat," terang dia. 

 (Baca: Ekspor dan Impor Anjlok, Surplus Dagang Tiongkok Naik pada September)

Sementara itu, impor pada September mulai meningkat terutama pada kelompok barang konsumsi dan barang modal masing-masing 3,13% dan 4,18%. Adapun impor bahan baku masih turun 0,07% dibanding bulan sebelumnya. 

"Impor (nonmigas) kita secara kumulatif paling besar masih dari Tiongkok, yakni handphone dan notebook. Lalu disusul Jepang , yakni alat transmisi dan mesin," jelas dia. 

Neraca perdagangan mulai mengalami defisit sejak tahun lalu. Sepanjang tahun lalu, defisit neraca perdagangan bahkan mencapai US$ 8,57 miliar, terburuk sepanjang sejarah seperti yang terekam dalam grafis di bawah ini

Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...