Adian Napitupulu, Aktivis Nyentrik yang Menolak Tawaran Kursi Menteri

Hari Widowati
21 Oktober 2019, 08:46
Adian Napitupulu, calon menteri Jokowi, profil Adian Napitupulu, aktivis 98, politisi PDIP, Adian menolak jadi menteri Jokowi
TWITTER @adianna70fans
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Adian Napitupulu (kanan) berfoto bersama penyanyi Ahmad Albar. Adian ditawari posisi menteri oleh Presiden Joko Widodo tetapi ia menolaknya.

Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Adian Napitupulu sudah dua kali dipanggil Presiden Joko Widodo ke istana. Ia ditawari kursi menteri. Namun, ia menolak karena merasa tidak memiliki kemampuan untuk mengisi jabatan tersebut.

"Respons presiden hanya menatap tajam saja," kata Adian usai menghadiri Pelantikan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin, di Gedung MPR, Jakarta, Minggu (20/10). Meski tak menjadi pembantu presiden, Adian memastikan ia akan berada di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Pria kelahiran Manado, 9 Januari 1971 ini memiliki nama lengkap Adian Yunus Yusak Napitupulu. Ayahnya seorang pegawai negeri sipil (PNS) dan pernah menjadi jaksa di Kejaksaan Negeri di Kota Kotamobagu (Sulawesi Utara), lalu pindah ke Barabai (Kalimantan Selatan), dan Kupang (Nusa Tenggara Timur). Sang ayah juga pernah menjadi staf di Kejaksaan Agung. Adian menjadi anak yatim di umur sepuluh tahun ketika ayahnya meninggal dunia.

(Baca: Tolak Tawaran Menteri, Adian Napitupulu Sebut Ditatap Tajam Jokowi)

Sibuk Jadi Aktivis hingga Kuliah Terbengkalai

Adian menghabiskan masa kecil hingga dewasa di Jakarta. Ketika menjadi mahasiswa, ia bekerja serabutan sebagai buruh di pabrik yang ada di kawasan Marunda. Kadang-kadang ia juga bekerja sebagai kondektur bus untuk menambah uang saku.

Adian tergerak menjadi aktivis ketika seorang buruh di tempatnya bekerja mengalami kecelakaan kerja. Buruh itu kehilangan jarinya karena terpotong gergaji mesin. Namun, perusahaan hanya memberi kompensasi Rp 15.000.

Ia pun menggerakkan buruh lainnya untuk berdemonstrasi memrotes kebijakan pabrik. Aksinya dibalas represif oleh pihak pabrik. Adian ditangkap dan dibawa ke kantor polisi Cakung. Ia juga dipecat dari pekerjaannya. Hal ini membuatnya bertekad ingin membela kaum yang lemah.

Adian yang kuliah di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI) terjun ke dunia aktivis dengan menjadi anggota Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) pada 1992. Adian menjadi anggota senat mahasiswa pada 1995. Ia ikut berdemonstrasi mendukung Sri Bintang Pamungkas dalam unjuk rasa anti integrasi Timor-Timur di Dresden, Jerman. Peristiwa ini membuatnya ditangkap dan diinterogasi polisi.

Pada 1996, Adian mendirikan Posko Mahasiswa Pro Megawati. Ketika kantor DPP PDI diserbu pada 27 Juli 1996, ia melakukan perlawanan dengan menggalang massa dari berbagai kampus dan luar kampus.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...