Sampai Kapan Strategi 'Bakar Uang' Fintech Pembayaran Digital?
Strategi promosi dalam bentuk subsidi pasar atau ‘bakar uang’ masih kerap dilakukan oleh sejumlah pemain fintech di bidang sistem pembayaran. Perusahaan saling bersaing dengan menawarkan berbagai potongan harga guna menarik minat masyarakat menggunakan platform mereka dan meningkatkan penetrasi pasar.
Lantas, sampai kapan strategi itu bakal berlanjut?
CEO DANA Vincent Henry Iswara menjelaskan, dibutuhkan upaya yang cukup besar untuk memperluas ekosistem pembayaran digital. Selama tiga tahun terakhir, menurut dia, hampir seluruh fintech di bidang sistem pembayaran melakukan strategi 'bakar uang' dalam promosi guna mengedukasi masyarakat agar menggunakan pembayaran digital.
"(Mendorong edukasi) ini butuh waktu, usaha, dan uang untuk mengakselerasinya. Nah, usaha melalui spend money (bakar uang) ini benar-benar ampuh untuk mengedukasi mereka," ujar Vincent dalam acara Katadata Forum: Menakar Gelombang Besar Transaksi Digital di Jakarta, Kamis (24/10).
Selain mengedukasi masyarakat, menurut dia, strategi tersebut diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam menggunakan platform mereka.
Di sisi lain, ia juga mendukung lebih banyak pemain pada industri pembayaran digital. Dengan harapan, masyarakat akan semakin terbiasa menggunakan pembayaran nontunai. Adaupun saat ini, tingkat penetrasi pembayaran digital (digital payment) di Tanah Air sebenarnya juga yang masih sangat kecil, yakni baru mencapai 7%.
(Baca: Menakar Peluang GoPay, DANA, OVO, dan LinkAja Konsolidasi)
Meski fintech gencar melakukan subsidi pasar, Head of Government Relations and Policy GoPay Brigitta Ratih Esthi Aryanti mengungkapkan, baru sekitar 20% masyarakat yang memilih menggunakan platform digital milik fintech di banding platform milik bank, perusahaan telekomunikasi, maupun e-commere. Hal ini terungkap dalam riset Morgan Stanley berjudul Indonesia Banks: Fintech terhadap 1.582 responden pada awal tahun 2019.
Oleh karena itu, menurut dia, perusahaan masih membutuhkan usaha yang besar untuk mendorong penetrasi pembayaran digital tersebut. Terlebih, masyarakat Indonesia juga memiliki kebiasaan menggunakan uang tunai selama puluhan tahun.
Ia pun menyebut strategi promosi dalam bentuk diskon atau cashback cukup ampuh dalam membangun kepercayaan masyarakat di era digital ini. Selain itu, senada dengan Vincent, ia menyebut strategi tersebut merupakan bagian dari edukasi kepada masyarakat.
"Lantas, sampai kapan promosi atau cashback itu masih ada? Ya, selama dia (promosi) masih ada," ujarnya.
(Baca: Fokus Pertumbuhan Bisnis, Kapan Gojek Berhenti ‘Bakar Uang’?)