Sri Mulyani : Rupiah Stabil dan Berpotensi Menguat Hingga Akhir Tahun
Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan rupiah akan relatif stabil dan berpotensi menguat hingga akhir tahun ini. Nilai tukar rupiah sejak awal tahun hingga akhir Oktober tercatat menguat 3,27%.
"Hingga akhir tahun, nilai tukar rupiah diperkirakan stabil bahkan menguat atau terapresiasi," ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI di Jakarta, Senin (4/11).
Sri Mulyani menjelaskan rata-rata nilai tukar rupiah hingga Oktober 2019 relatif stabil dan berada pada kisaran Rp 14.167 per dolar AS. Rata-rata nilai tukar tersebut di bawah asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 yang dipatok Rp 15 ribu per dolar AS.
Sementara nilai tukar rupiah pada akhir Oktober berada di posisi Rp 14.008 per dolar AS, menguat 3,27% dibanding posisi akhir 2018.
(Baca: Kenaikan Imbal Hasil Treasury AS Tahan Penguatan Rupiah)
Penguatan rupiah sepanjang tahun ini, menurut dia, ditopang oleh sinyal pelemahan ekonomi AS yang diperkuat dengan penurunan suku bunga AS, Fed Fund Rate (FFR) untuk ketiga kalinya pada tahun ini. Kondisi tersebut, memberikan tekanan terhadap dolar AS.
Selain itu, penguatan rupiah juga didorong arus modal asing masuk ke pasar keuangan domestik terutama pada pasar Surat Berharga Negara (SBN).
"Nilai tukar stabil pada kisaran Rp 14.167 per dolar AS, kadang menguat di bawah Rp 14 ribu per dolar AS, terpangaruh dari negara maju, terutama AS," jelas dia.
(Baca: Tertekan Ekonomi AS dan Global, RI Diramal Hanya Tumbuh 5,2% pada 2020)
Sementara hingga akhir tahun, menurut Sri Mulyani, rupiah masih berpotensi menguat ditopang isu pelemahan ekonomi AS dan sentimen pembatasan investasi portofolio Tiongkok ke AS. Selain itu, inflasi hingga Oktober juga cukup terkendali.
Meski menguat sepanjang tahun ini, nilai tukar rupiah dalam lima tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo pada periode pertama tercatat telah melemah 18%. Hal ini tergambar dalam databooks di bawah ini.