Kampung Ratu, Mengoptimalkan Potensi Irigasi sebagai Atraksi Wisata
Sedikitnya 70 hektare lahan persawahan dan 600 hektare kawasan hutan di Desa Bayem terairi oleh aliran irigasi Bendungan Sumberdandang. Desa yang terletak di Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, Jawa Timur ini termasuk dalam jalur saluran irigasi yang mengalir dari Blitar ke Malang lalu Kediri, dan berakhir di Jombang.
Aliran irigasi yang ada di area Desa Bayem tidak hanya dimanfaatkan untuk pengairan sawah. Warga setempat berinisiatif membangun atraksi wisata yang mencakup aktivitas rafting dan tubing. Berkat debit aliran air sungai yang bisa diatur maka wisata air yang bernama Kampung Ratu aman aman untuk masyarakat.
Kepala Desa Bayem Khoirul Anam ketika diwawancarai pada September lalu, mengungkapkan, ide menjadikan Bayem sebagai desa wisata bermula pada 2017. Kala itu sedang dilakukan upaya penguatan peran BUMDes Artha Utama Mandiri. Pada awalnya, wisata Kampung Ratu hanya menjalankan aktivitas rafting. Rekreasi tubing menyusul kemudian setelah mereplikasi inovasi dari salah satu desa di Kecamatan Poncokusumo, Malang. Perantaranya melalui Bursa Inovasi Desa 2018.
Pendirian Kampung Ratu sempat mendapatkan beberapa pendanaan, salah satunya dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) sebesar Rp 50 juta untuk modal. Dan pada 2018, Pemerintah Kabupaten Malang menyalurkan Rp 75 juta untuk pengoperasian BUMDes Artha Utama Mandiri. Sedangkan pada 2019, dialokasikan Rp 100 juta dari Dana Desa.
Direktur BUMDes Artha Utama Mandiri Dina Nurhayana bersama pengurus mengelola dana yang ada. “Dari seluruh dana yang kami dapat, saat ini kami sudah memiliki total sembilan perahu, yang lima di antaranya dimiliki oleh BUMDes dan empat lain milik Pemerintah Desa Bayem,” ujarnya.
Butuh waktu sekitar setahun sejak 2017 untuk mengoptimalkan operasional wisata air di Desa Bayem, hingga akhirnya terbentang jalur rafting dan tubing sejauh 7,5 kilometer. Durasi yang dibutuhkan untuk menyusurinya sekitar dua jam. Selain pelancong dari luar Desa Bayem, warga setempat juga rutin berkunjung, tidak hanya orang dewasa melainkan pula anak-anak.
Untuk merasakan sensasi rekreasi air Kampung Ratu cukup membayar Rp 175 ribu per orang untuk rafting, dan Rp 85 ribu untuk tubing. Rerata jumlah kunjungan antara 30 - 40 wisatawan per minggu. Konsistensi kunjungan merangsang kehadiran bisnis lain di sekitar, contohnya rekreasi outbond dan penginapan berkonsep homestay.
Lebih jauh, Direktur BUMDes Artha Utama Mandiri Dina Nurhayana menceritakan perkembangan positif dari usaha wisata air di Desa Bayem. “Dulu pada 2018, pemasukkan kami Rp 5 juta selama setahun lalu per tengah 2019 meningkat jadi Rp 9 juta,” ucapnya.
Sebesar 30 persen dari keuntungan wisata air Kampung Ratu dikontribusikan kepada Pendapatan Asli Desa (PADes) Bayem. Keuntungan lainnya yang dirasakan Desa Bayem ialah bertambahnya opsi mata pencaharian. Kini terdapat total 23 orang warga Desa Bayem yang bekerja di Kampung Ratu.
Tambahan sumber pendapatan salah satunya dialami Suhartoyo. Pria yang sebelumnya hanya bertani ini sekarang memiliki pekerjaan tambahan sebagai pemandu wisata Kampung Ratu. “Dulu pekerjaan saya hanya bertani atau berkebun, sekarang jadi guide dan penghasilan saya bertambah Rp 1 juta sampai Rp 2 juta per bulan,” katanya.
Dampak ekonomi lain dirasakan Tini Yunilestari beserta kelompok usahanya yang bergerak sebagai produsen kerupuk khas Bayem. “Dulu kami produksi hanya 10 kilogram bahan baku singkong dan talas, sekarang sudah memproduksi dari 25 kilogram singkong dan talas, pemasukkan juga bertambah Rp 350 ribu per sekali produksi selama tiga hari,” tutur dia.
Tidak hanya peningkatan taraf hidup warga dari sisi ekonomi, penduduk Bayem juga menjadi semakin mengerti pentingnya menjaga lingkungan. Dahulu, masyarakat kerap membuang sampah sembarangan tetapi sekarang mereka lebih disiplin dengan membuang ke tempat yang seharusnya. Bahkan, kebiasaan mandi di sungai mulai ditinggalkan karena aliran irigasi harus terjaga tetap bersih dan enak dipandang.
Kepala Desa Bayem Khoirul Anam berharap warga desanya bisa hidup lebih sejahtera pada tahun-tahun mendatang. “Jadi, tidak hanya rafting dan tubing melainkan akan ada banyak inovasi-inovasi lain yang dihadirkan, seperti pengembangan penginapan dan pusat oleh-oleh,” ujarnya.
Destinasi wisata air di Bayem turut menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Malang. Suwadji selaku Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dinas PMD) Kabupaten Malang optimistis, Kampung Ratu dapat menjadi rintisan awal bagi Desa Bayem untuk berkembang menjadi desa wisata seutuhnya.
“(Inovasi) ini sejalan dengan misi kami untuk melakukan percepatan pembangunan desa melalui sumber daya manusia, kelembagaan, dan produk unggulan yang dimiliki masing-masing desa. Kami mendukung desa wisata di Bayem dengan mengawal keberlanjutan Kampung Ratu,” kata Siwadji.
Plt. Bupati Malang Muhammad Sanusi juga memberi perhatian terhadap perkembangan konsep desa wisata Bayem. Pada tahun ini, pemerintah kabupaten menjanjikan akan memberi satu unit perahu atas nama organisasi Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk Desa Bayem.
“Ini apresiasi kami terhadap geliat Bayem untuk menjadi desa mandiri. Yang mana, harapan kami, ini akan sesuai dengan tujuan Kabupaten Malang untuk menghasilkan one village one product, atau one village one destination,” tutur Sanusi
Replikasi Inovasi: Meraup Keuntungan dari Wisata Air Kampung Ratu