Dahana Bangun Pabrik Bahan Peledak Rp 10 Miliar di Timor Leste
Perusahaan bahan peledak milik negara PT Dahana berencana membangun pabrik di Timor Leste. Biaya pembangunan pabrik ini diperkirakan berkisar Rp 10-15 miliar.
Direktur Utama Dahana Budi Antono menargetkan pabrik tersebut beroperasi pada Juli 2020, dengan total kapasitas 1.000 ton bahan peledak per tahun.
Rencananya, Dahana akan bertemu dengan utusan pemerintah Timor Leste untuk membicarakan proyek ini, pekan depan. “Kebetulan tanggal 18 November nanti orang Timor Leste akan datang ke sini," ujar Budi di Gedung Kementerian BUMN, Selasa (12/11).
(Baca: Persaingan Ketat, Laba BUMN Bahan Peledak Diprediksi Turun)
Saat ini, Dahana memasok bahan peledak untuk membangun pelabuhan di Timor Leste. Selain itu, Dahana memberikan pelatihan untuk memproduksi bahan peledak. Pasalnya, Timor Leste ingin memproduksinya secara mandiri.
Selain pabrik bahan peledak di Timor Leste, perusahaan akan membangun pabrik bahan peledak di dalam negeri. Ketiga proyek tersebut diperkirakan menelan biaya investasi Rp 3,54 triliun.
Proyek pertama, pabrik amonium nitrat (AN) di Kaltim Industrial Estate (KIE) Bontang, Kalimantan Timur. Pabrik tersebut akan memiliki kapasitas amonium nitrat 75.000 metrik ton per tahun serta 60.000 metrik ton per tahun asam nitrat.
Pabrik tersebut merupakan proyek kerja sama Dahana dengan PT Pupuk Kaltim, dengan investasi sebesar Rp 1,1 triliun. Pabrik itu akan dibangun tahun ini dan selesai pada 2020.
(Baca: Dahana Bangun Tiga Pabrik Bahan Peledak Senilai Rp 3,5 Triliun)
Proyek kedua yaitu pabrik sphercial powder propelan. Pabrik berkapasitas 600 ton per tahun ini akan dibangun di Kawasan Energetic Material Center (EMC) Dahana di Subang, Jawa Barat. Periode pembangunan 2022-2023.
Biaya untuk pembangunan pabrik ini sebesar Rp 2,3 triliun dan akan didanai oleh pemerintah melalui Kementerian Pertahanan.
Terakhir, pabrik elemented detonator dengan total kapasitas 8 juta potong element detonator per tahun. Pabrik ini rencananya akan dibangun di Kawasan Energetic Material Center (EMC) di Subang, Jawa Barat, dengan menggunakan teknologi Korea Selatan.
Biaya investasinya untuk pembangunan pabrik ini sekitar Rp 147,9 miliar, yang berasal dari modal perusahaan serta pinjaman perbankan. Pabrik tersebut akan dibangun pada 2019-2022.