Circular Economy Dorong Pertumbuhan Ekonomi Ramah Lingkungan

Image title
14 November 2019, 17:31
PENGOLAHAN SAMPAH DAUR ULANG
ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Sampah plastik yang tidak diolah menjadi permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia bahkan dunia, karena berpotensi mencemari laut dan lingkungan. Di Indonesia, sampah plastik kota yang mengalir ke laut mencapai 30 persen.

Padahal bila dikelola dengan baik, sampah plastik tersebut memiliki nilai ekonomi. Di sisi lain, pengelolaan sampah melalui daur ulang di Indonesia masih sedikit. Menurut Direktur Eksekutif Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, Tisa Mafira, tingkat daur ulang sampah plastik di Indonesia sangat kecil.

Advertisement

"Tingkat daur ulang sampah plastik di Indonesia itu tidak sampai 11 persen, hanya 9-10 persen. Artinya, 90 persen sampah plastik belum terdaur ulang.” ujar Tisa kepada Warta Ekonomi di Artotel, Thamrin, Jakarta Pusat, Senin, 9 April 2019.

Di berbagai negara, daur ulang sampah plastik sudah mengarah ke circular economy. Sistem circular economy ini memungkinkan sampah plastik didaur ulang hingga menjadi produk baru. Bahkan, konsep ini diklaim dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan.

Swedia merupakan salah satu negara yang sudah menerapkan circular economy melalui pengembangan pengelolaan sampah plastik. Persentase daur ulang bahan plastik di Swedia sudah mencapai 53 persen.

Selain Swedia, pengelolaan sampah plastik di Denmark juga sudah berjalan dengan baik melalui adanya pajak bagi perusahaan yang membuang limbah dan dukungan pemerintah terhadap circular economy. Dukungan tersebut berupa menciptakan pasar bagi limbah dan barang bekas serta pengembangan data di bidang terkait.

Tak hanya pemerintah, berbagai perusahaan di Denmark telah menjalankan sistem circular economy. Contohnya, perusahaan Lego yang menjual limbah plastiknya agar dapat dimanfaatkan untuk pembuatan karpet serta peralatan berbahan plastik oleh perusahaan yang berada di sekitarnya.

Perusahaan minuman seperti Coca-Cola juga berkomitmen melalui World Without Waste agar seluruh kemasan produknya dapat didaur ulang. Di Indonesia, Coca-Cola melalui program Design-Collect-Partner mendukung upaya pengumpulan dan daur ulang seluruh plastik botol yang dijual dan dikonsumsi masyarakat pada tahun 2030 mendatang.

"Coca-Cola Indonesia menerapkan visi World Without Waste melalui inisiatif Plastic Reborn yang akan menjadi payung dalam berbagai inisiatif keberlanjutan dalam penanganan sampah plastik. Kami yakin bahwa persoalan sampah dapat dikelola lebih baik, terutama dengan adanya sinergi dari berbagai pihak," kata Public Affairs and Communications Director Coca-Cola Indonesia, Triyono Prijosoesilo, kepada Warta Ekonomi, 3 September 2019.

Gerakan Plastik Reborn tersebut mengintegrasikan pengelolaan sampah botol plastik dengan sudut pandang sirkular ekonomi, sehingga memberikan nilai pakai kembali dari kemasan bekas pakai yang dihasilkan Coca-Cola.

Perusahan air minum di Indonesia, Danone-AQUA, juga menunjukkan komitmen yang sama dalam mengelola sampah plastik dengan penerapan circular economy guna mengatasi sampah plastik di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Tindakan ini menjadi solusi untuk mencegah sampah plastik masuk ke lautan serta mendukung program Pemerintah Indonesia dalam mengurangi 70 persen sampah plastik di lautan pada tahun 2025.

Sampah botol plastik bekas yang ada di sekitar Labuan Bajo dikumpulkan di tiga tempat penampungan, yaitu Koperasi Serba Usaha (KSU) Komodo, Pusat Daur Ulang (PDU) Batu Cermin, dan Sektor Informal di Labuan Bajo. Setelah itu, sebanyak 10 ton sampah botol plastik dikirim ke Recycling Business Unit (RBU) Bali yang merupakan mitra Danone-AQUA.

Halaman: