Pebisnis Indonesia Melihat Masih Ada Peluang di Tengah Proteksionisme

Image title
Oleh Tim Redaksi
17 November 2019, 11:08
Dandy Pandi HSBC
KATADATA/JOSHUA SIRINGO RINGO

Sejumlah lembaga internasional merevisi prospek pertumbuhan ekonomi 2020 akibat penurunan perdagangan global dan tensi geopolitik yang meningkat. Dana Moneter Internasional (IMF), misalnya, pada Oktober lalu merevisi target pertumbuhan ekonomi global tahun depan menjadi 3,4%. Angka tersebut lebih rendah 0,2% dibandingkan proyeksi April 2019 sebesar 3,6%.

Di tengah muramnya prospek ekonomi dunia, masih ada peluang yang bisa diraih para pebisnis Indonesia. Bank HSBC baru-baru ini melaksanakan survei HSBC Navigator 2019: Now, next, and how di 35 negara, dengan sampel sebanyak 9.100 perusahaan. Di Indonesia, ada 150 perusahaan yang disurvei. Hasil survei menunjukkan para pelaku bisnis di Indonesia justru paling optimistis terhadap prospek bisnis 2020 maupun dalam lima tahun mendatang.

Advertisement

Katadata mendapatkan wawancara eksklusif dengan Dandy Pandi, Head of Global Trade and Receivable Finances PT Bank HSBC Indonesia untuk mengupas lebih dalam mengenai hasil survei tersebut. Berikut petikan wawancaranya.

Bank HSBC Indonesia baru saja meluncurkan HSBC Navigator: Now, next and how. Bisakah Bapak jelaskan sedikit mengenai survei global tersebut?

HSBC Navigator ini adalah survei global yang diadakan untuk menilai sentimen dan ekspektasi dari dunia bisnis pada jangka waktu dekat dan menengah yang meliputi topik antara lain prospek pengembangan bisnis (business outlook), perdagangan internasional, geopolitik, keberlanjutan (sustainability), dan teknologi.

Responden meliputi lebih dari 9.100 perusahaan skala kecil, menengah, hingga korporasi besar dari beragam industri di 35 negara. Untuk Indonesia, ada 150 perusahaan yang menjadi responden untuk survei ini. Riset ini dilakukan oleh Kantar untuk HSBC pada periode Agustus dan September 2019.

Kami berharap, HSBC Navigator ini dapat menjadi pemandu bagi perusahaan-perusahaan dalam memanfaatkan peluang baru dan membuat keputusan, dengan memahami prospek perdagangan internasional.

Menarik sekali bahwa berdasarkan HSBC Navigator, ternyata perusahaan-perusahaan di Indonesia lebih optimistis dibandingkan perusahaan global atau perusahaan Asia lainnya. Apa yang melatarbelakangi optimisme tersebut?

Pertama dapat kami sampaikan, bisnis di Indonesia termasuk yang paling optimis di dunia. Sementara Asia sudah terkenal dengan lansekap ekonominya yang beragam, kami mulai melihat perubahan dalam kebijakan perdagangan global yang mengedepankan praktik bisnis lokal. Ekspansi intra-Asia menjadi perhatian utama perusahaan-perusahaan Indonesia untuk menciptakan momentum yang baik bagi lingkungan bisnis di Indonesia.

Ada beberapa faktor yang melandasi optimisme ini, di antaranya adalah keberlanjutan (sustainability), kualitas dari para pemasok (supplier) dan bahan baku, serta keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Hal lain yang mendasari optimisme pelaku usaha adalah ekspansi dengan adanya peluang di pasar yang baru. Sekitar 30% dari perusahaan yang disurvei mengatakan hal ini. Selain itu, peluncuran produk dan layanan yang lebih baik. Optimisme ini juga didukung oleh sejumlah kebijakan ekonomi makro, penguatan konsumsi domestik, dan meningkatnya arus investasi.

Untuk peluang ekspansi bisnis, negara atau wilayah mana saja yang menjadi target dari para pebisnis Indonesia?

Dari segi pasar, perusahaan di Indonesia mulai mempertimbangkan peningkatan perdagangan dengan Eropa dan Amerika Serikat (AS). Namun, Asia Pasifik masih merupakan pasar yang terbesar, yakni dipilih 80% responden. Di Asia, Tiongkok dan Singapura masih yang paling utama (dipilih 27% responden), diikuti Jepang dan Malaysia.

Berdasarkan survei, sektor usaha Indonesia percaya bahwa selama lima tahun ke depan, perdagangan internasional akan memberikan peluang bisnis baru, mendorong inovasi, meningkatkan pendapatan, meningkatkan efisiensi, dan menunjang penciptaan lapangan kerja.

Terkait dengan proteksionisme, sebanyak 37% perusahaan Indonesia memandang bahwa proteksionisme memberikan dampak yang positif bagi peningkatan daya saing sektor usaha Indonesia. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata global sebesar 30%. Dengan hal-hal tersebut, lebih dari setengah (54%) dari perusahaan Indonesia yang disurvei mengatakan bahwa penjualan mereka akan tumbuh 15% atau lebih di tahun depan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement