Awal Mula Black Friday, Pesta Belanja Tiap Jumat Akhir November
Hari ini Anda mungkin menyadari adanya beberapa marketplace yang menawarkan berbagai promo bertema ‘Black Friday’. Ajang pesta belanja ini bermula di Amerika Serikat (AS), seperti halnya ‘Single’s Day’ yang berasal dari Tiongkok.
Black Friday diperingati pada hari Jumat terakhir di bulan November setiap tahun, atau sehari setelah Thanksgiving. Tahun ini, Black Friday jatuh pada Jumat, 29 November 2019.
Pekan terakhir November dianggap sebagai waktu yang tepat bagi masyarakat untuk berbelanja perlengkapan Natal, termasuk untuk bertukar kado dengan kerabatnya. Sedang bagi peretail, periode tersebut dianggap tepat untuk cuci gudang sebelum pergantian tahun.
Pada Black Friday, toko-toko biasa buka lebih pagi dan tutup lebih larut. Begitu besar diskon yang ditawarkan, orang-orang bisa begitu antusias mengantre sejak Kamis malam. Tak jarang, antrean itu menimbulkan kericuhan.
(Baca: Inilah E-Commerce Paling Populer di Asia Tenggara Menurut Riset iPrice)
Ben Zimmer, kolumnis The Wall Street Journal, menjelaskan asal-usul istilah Black Friday dalam buku The Origins of "Black Friday". Sejarah Black Friday dimulai jauh sebelum era digital.
Pesta belanja itu dimulai oleh peretail offline sejak 1950-an. Hanya, istilah tersebut baru digunakan pada 1960-an oleh polisi Philadelphia untuk menggambarkan fenomena kemacetan yang terjadi di seluruh kota karena antrean panjang di sekitar pertokoan.
Suramnya Black Friday tidak hanya dialami para polisi. Konsumen dan pegawai gerai merasakannya langsung. Betapa tidak, saat pintu gerbang gerai dibuka, massa saling himpit, bahkan sampai terinjak-injak. Di dalam gerai, kerap terjadi perkelahian untuk berebut barang yang diinginkan.
Pesta diskon besar-besaran ini tidak jarang menimbulkan korban jiwa. Pada 2006 misalnya, tercatat 12 korban jiwa dan lebih dari 100 orang luka-luka dalam insiden Black Friday di seluruh AS.
(Baca: Transaksi Shopee Capai Rp 64,87 Triliun, Kerugian Induk Usahanya Turun)
Saat toko-toko online bermunculan, berbagai promo Black Friday pun menyebar ke jagat maya. Tak hanya di AS, namun menyebar ke negara-negara lain, seperti halnya pesta diskon Single’s Day yang bermula dari Tiongkok.
Di Indonesia, minat penelusuran Black Friday di mesin pencarian Google pada 2017 meningkat 16% dibandingkan pada 2016. Peningkatan ini menandakan masyarakat Indonesia mulai tertarik dengan promosi-promosi pada Black Friday.
Di Indonesia, e-commerce yang turut berpartisipasi di Black Friday di antaranya Lazada dengan diskon hingga 70%. Selain itu, Shopee menawarkan diskon hingga Rp 500 ribu, Bukalapak diskon 99% hingga Blibli diskon Rp 100 ribu untuk pembelian ponsel.