SKK Migas Ingin Pertamina EP Terapkan EOR Full Scale di Lapang Tanjung
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas meminta Pertamina EP menerapkan metode Enhanced Oil Recovery (EOR) secara penuh (full scale) di Lapangan Tanjung. Kegiatan itu diproyeksi dapat menaikkan produksi minyak Lapangan Tanjung hingga empat sampai lima kali lipat.
Biarpun begitu, peningkatan produksi minyak tidak berlangsung secara cepat. "Kami dorong untuk penerapan full scale. EOR ini kan begitu selesai injeksi tidak bisa naik, tapi butuh waktu," ujar Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman kepada katadata.co.id, Jumat (29/11).
Pertamina bersama mitranya, Repsol, telah menandatangani pokok-pokok kesepahaman penerapan EOR di Lapangan Tanjung. Kedua perusahaan tersebut bahkan sudah mengkaji komposisi cadangan minyak serta polymer dan surfaktan yang akan diinjeksikan ke dalam sumur.
Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan uji coba penerapan metode EOR menggunakan metode chemical polymer di Lapangan Tanjung bakal rampung pada Desember tahun ini. Meski begitu, Nanang menyebut pihaknya belum mengkaji penerapan EOR secara full scale.
"Desember ini field trial sudah selesai di Tanjung untuk yang chemical polymer. Kalau SKK Migas ingin tambah lagi lapisan lain, kami lihat, apakah kami mau full scale atau tambah opsi lagi," kata Nanang.
(Baca: Jokowi Ancam Gigit yang Halangi Pemerintah Setop Impor Minyak)
Pasalnya, Pertamina EP juga mengkaji EOR injeksi karbondioksida dari Proyek Unitisasi Lapangan Jambaran-Tiung Biru.“Masih studi, tapi di sisi lain kalau bisa cocok, kalau bisa feasible, tergantung hasil studilah,” ujar Nanang.
Saat ini Pertamina EP menggelar delapan proyek EOR. Delapan proyek tersebut meliputi kegiatan EOR di Lapangan Tanjung, Sukowati, Rantau, Sago, Ramba, Jirak, Limau dan Jatibarang. Melalui kegiatan EOR, Pertamina optimis dapat menahan laju penurunan produksi minyak alamiah.
Pasalnya, SKK Migas memproyeksi lifting minyak mentah Indonesia akan terusn menurunn hingga 2030. Dalam Rapat Dengan Pendapat dengan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat, SKK Migas memprediksi lifting minyak pada akhir tahun lalu hanya 775 ribu barel/hari dan akan menyusut tinggal 281 ribu barel/hari pada 2030.
Artinya terjadi penurunan 494 ribu barel/hari dalam 13 tahun ke depan. Penurunan tersebut terjadi karena eksploitasi sumur-sumur minyak saat ini kebanyakan sudah uzur dan dilakukan tanpa teknologi canggih EOR. Data selengkapnya terkait lifting minyak Indonesia dengan EOR atau tanpa penerapan EOR dalam grafik Databoks di bawah ini:
(Baca: Pertamina Pesimistis Bisa Mengebor Blok Rokan Tahun Depan)