Operator Target Terapkan 5G pada 2022, Ini Syarat dari Kominfo
Asosiasi Penyelenggara Jasa Telekomunikasi Indonesia (ATSI) menargetkan, jaringan internet generasi kelima (5G) tersedia pada 2022 di Indonesia. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengatakan, operator harus membangun ekosistemnya terlebih dulu untuk bisa mencapai target tersebut.
Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kominfo Ismail mengatakan, penerapan 5G semestinya pada waktu yang tepat. Karena itu, perusahaan telekomunikasi harus menyiapkan ekosistemnya terlebih dulu.
Salah satunya, perlu ada perangkat lokal yang bisa menggunakan 5G di Indonesia. "Kalau sudah ada konektivitasnya, tetapi ujung-ujungnya negara kita masih menggunakan perangkat asing kan sayang,” kata Ismail di sela-sela acara Telco Outlook 2020 di Jakarta, Senin (2/12).
Selain terkait perangkat, ada beberapa hal yang perlu dikaji operator sebelum mengimplementasikan 5G. "Kalau ekosistemnya sudah siap, jangan hanya lelang saja. Frekuensi hanya dipegang (kandidat terpilih), tetapi tidak dibangun," kata dia.
(Baca: Kembangkan 5G, Kominfo Cari Cara Atasi Hambatan di Frekuensi 3,5 Ghz)
Layanan 5G juga tidak terlepas dari infrastruktur jaringan optik sebagai penentu kekuatan sistem yang dibangun oleh operator. "Jangan sampai 5G rasa 4G,” kata Ismail.
Menurut dia, hal ini merupakan tugas berat mengingat pemerintah juga harus membangun infrastruktur telekomunikasi di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T) Indonesia. Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah, serta operator berperan penting dalam membangun ekosistem 5G.
Ia juga menilai, perusahaan telekomunikasi perlu memanfaatkan program pembiayaan universal service obligation (USO) semaksimal mungkin. Selama ini, pemerintah memungut 1,25% dari pendapatan operator untuk dana USO.
Ismail mengatakan, dana USO dapat menjadi 'pintu masuk' untuk membangun infrastrukur 5G. "Ini bisa untuk meng-cover biaya yang sangat besar bagi operator," kata dia.
(Baca: Teknologi 5G Bisa Diterapkan di 2022, Potensi Bisnisnya Capai Rp 27 T)
Sebelumnya, ATSI menilai implementasi teknologi 5G bisa diterapkan di Tanah Air mulai 2022. Mereka pun memperkirakan, nilai bisnis 5G di Indonesia bisa mencapai Rp 27 triliun per tahun. Nilai ini merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.
Riset AT Kearney pada 2019 memperkirakan, monetisasi 5G oleh operator di Indonesia mencapai US$ 1,4 hingga 1,83 juta pada 2025. Nilai ini lebih tinggi dari Thailand dan Malaysia yang masing-masing hanya US$ 850 juta-US$ 1,17 juta dan US$ 660 juta-US$ 900 juta.
Ketua ATSI Ririek Adriansyah optimistis bahwa implementasi 5G akan meningkatkan pendapatan (revenue) operator dari monetisasi berbagai industri vertikal dan korporasi (business to business/B2B). "Kami prediksi, tender bisa dilakukan pada 2020 hingga 2021, selambat-lambatnya 2022,” kata dia Rabu (27/11) lalu.
(Baca: Kominfo Kaji Empat Faktor Pengembangan 5G di Indonesia)
Selama ini uji coba 5G di Tanah Air mayoritas untuk sektor industri, bukan konsumen komersial. Berdasarkan jadwal (timeline) asosiasi, uji coba jaringan 5G akan berlangsung hingga 2020.
Korea Selatan dan Tiongkok lebih dulu menerapkan 5G untuk konsumen umum dengan kapasitas ratusan gigabyte. Menurut Ririek, paket data dengan volume yang tinggi belum memungkinkan diterapkan di Indonesia.
Karena itu, operator menyasar industri untuk menawarkan 5G ketimbang masyarakat umum. "5G akan dimulai di cluster tertentu seperti di kawasan industri,” kata dia.
(Baca: XL Axiata Target Peningkatan Kualitas Jaringan 5G Capai 70% pada 2020)