Satria Arief Prabowo, Doktor Termuda Peneliti Vaksin Tuberkulosis

Hari Widowati
10 Desember 2019, 07:00
anak berbakat, anak jenius, Satria Arief Prabowo, doktor termuda bidang ilmu kedokteran, rekor Muri, mahasiswa Unair, Jaya Suprana, vaksin tuberkulosis,
TWITTER @Aylawati
Satria Arief Wibowo (tengah) menerima rekor Muri sebagai doktor termuda di bidang ilmu kedokteran dari Pendiri dan CEO Muri Jaya Suprana serta Aylawati Sarwono, di Roma, Italia. Satria mendapat gelar doktor dari LSHTM di Belanda pada usia 25 tahun.

Indonesia tak pernah kehabisan talenta muda berprestasi. Salah satunya adalah Satria Arief Prabowo, yang meraih rekor dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai doktor termuda di bidang ilmu kedokteran pada usia 25 tahun.

Satria melakukan riset mengenai vaksinasi terapeutik penyakit tuberkulosis (TB). Berkat risetnya itu, ia diundang untuk mengikuti Kongres Internasional Cell - Weizmann Institute of Science: Next Generation Immunology yang digelar di Weizmann Institute of Science di Rehovot, Israel, pada 11-14 Februari 2019. Riset yang dibawa Satria ke Israel ini sebelumnya telah diseleksi dan lulus komite ilmiah kongres pada November 2017.

Dalam kongres yang dihadiri 90 negara ini, Satria mempresentasikan makalahnya yang berjudul Investigation of Therapeutic Vaccination Strategies for Tuberculosis. Ia juga diundang menjadi pembicara di Kongres European Society for Paediatric Infectious Diseases (ESPID) di Madrid, Spanyol. Ia juga diundang ke World Global Forum for Tuberculosis Vaccines di New Delhi, India serta World Conference of the International Union Against Tuberculosis and Lung Diseases (IUATLD) di Liverpool, Inggris.

"Saya telah berkeliling lebih dari 50 negara-negara di dunia. Saya pun berkesempatan untuk berinteraksi dengan banyak peneliti di berbagai institusi di dunia, baik dalam rangka presentasi hasil riset di kongres internasional, menghadiri pertemuan untuk kolaborasi riset, mengunjungi beberapa institut serta menjalin relasi dengan sejawat peneliti di Eropa dan dunia," kata Satria, seperti dikutip Tempo (7/12).

(Baca: Risa Santoso, Rektor Termuda yang Pernah Jadi Staf Presiden)

Menjadi Dokter di Usia 21 Tahun

Pria kelahiran Surabaya, 13 Oktober 1992 ini merupakan putra dari pasangan Siswanto dan Siti Nur Elly Yani. Minat Satria terhadap pendidikan sudah terlihat sejak kecil. Ketika ia masih duduk di Taman Kanak-kanak (TK), ia kerap datang ke sekolah pada pukul 06.00. Padahal, kelas baru dimulai pada pukul 08.00.

Satria masuk jalur pendidikan akselerasi di SMP Negeri 1 Surabaya dan SMA Negeri 5 Surabaya. Sebagai syarat mendaftar jalur akselerasi, setiap anak harus mengikuti tes IQ. Dalam tes ini Satria bertemu dengan seorang psikolog bernama Evy Tjahjono. Hasil tesnya luar biasa, Satria dinyatakan memiliki IQ 150 dan dikategorikan sebagai anak berbakat.

Berkat jalur akselerasi ini, ia berhasil diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) tahun 2008 melalui jalur prestasi (sekarang SNMPTN). Kala itu usianya baru 15 tahun, beda dengan teman-teman sekelasnya yang rata-rata berusia 18 tahun.

Seperti dilansir Jawapos, ketertarikan Satria pada bidang vaksin, terutama riset di bidang penyakit tropis dan infeksi sudah tumbuh sejak di bangku kuliah. Satria aktif di forum ilmiah dan studi mahasiswa dan pernah terdaftar sebagai student ambassador untuk International Student Congress on Medical Sciences di Belanda.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...