Pertamina Masih Cari Mitra untuk Garap Kilang Bontang dan Balongan
PT Pertamina menyatakan pihaknya saat ini tengah mencari mitra untuk menggarap dua proyek kilang minyak di Bontang dan Balongan.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memastikan pengerjaa proyek Kilang Bontang tak akan terganggu seperti Kilang Cilacap meski tanpa perusahaan asal Oman, Overseas Oil and Gas LLC atau OOG. Saat ini, Pertamina tengah mencari partner untuk di Kilang Bontang menggantikan OOG.
"Jadi tidak akan terganggu seperti Cilacap. Ini sekarang jalan terus," kata Nicke di Gedung Kementerian BUMN, Kamis (12/12).
Menurut Nicke, proses pembebasan lahan dan penetapan lokasi Kilang Bontang hingga saat ini tetap berjalan.
(Baca: Pertamina-Aramco Tak Sepakat, Pengembangan Kilang Cilacap Diundur Lagi)
Sementara untuk Kilang Balongan, pihaknya juga saat ini juga masih mencari partner. Pertamina sebelumnya juga telah menandatangani kontrak pengadaan Dual Feed Competition atau DFC kilang Balongan Phase I dengan Konsorsium RRE dan Konsorsium JSW di Kantor Pusat Pertamina pada Selasa (3/12).
"Balongan juga kami jalan terus. Pemilihan partner sambil jalan," terang Nicke.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Pertamina bakal mencari mitra baru untuk Kilang Bontang. Ada dua perusahaan asal Uni Emirat Arab yang berpeluang menjadi mitra Pertamina di proyek kilang Bontang, yaitu Mubadala dan Abu Dhabi National Oil Company atau Adnoc.
Salah satu perusahaan tersebut bakal menjadi kandidat kuat menggantikan mitra Pertamina saat ini yaitu OOG. Luhut menyebut OOG yang berasal dari Oman tidak serius dalam menggarap proyek kilang Bontang.
(Baca: Jokowi Perintahkan Ahok Sikat Mafia Migas untuk Tekan Defisit Dagang)
Padahal pemerintah serius mendorong Pertamina membangun kilang di dalam negeri demi menekan defisit neraca perdagangan Indonesia. "Oman itu kelihatannya agak kurang, kami mau larikan mungkin dengan Abu Dhabi," kata Luhut.
Lebih lanjut Luhut mengatakan proyek kilang Bontang yang tidak menunjukkan perkembangan. Hal itu menjadi alasan pemerintah meminta Pertamina mencari mitra baru di proyek tersebut. "Tidak kredibel mereka, kan sudah berapa tahun nih tidak jadi. Nanti bisa masuk dari Abu Dhabi," ungkap Luhut.