Kesepakatan Dagang Tahap I AS-Tiongkok Rampung, Berikut Perinciannya
Amerika Serikat dan Tiongkok telah menyetujui ketentuan-ketentuan dalam kesepakatan tahap I setelah perang dagang berlarut-larut selama 18 bulan. Kesepakatan tersebut mencakup pemangkasan sejumlah tarif impor AS ke produk Tiongkok dan pembelian produk AS oleh Tiongkok.
Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan pada Minggu (15/12) bahwa kesepakatan perdagangan fase satu AS dan Tiongkok yang dicapai pada Jumat sepenuhnya rampung,. Kesepakatan ini akan meningkatkan ekspor AS ke Tiongkok hampir dua kali lipat dalam dua tahun ke depan.
Pejabat AS dan Tiongkok mengumumkan pada Jumat bahwa mereka akhirnya menyetujui perjanjian tahap satu setelah perang dagang 18 bulan yang kontroversial. Tiongkok setuju untuk miliaran dolar dalam pembelian pertanian dari AS, sementara Presiden Donald Trump berjanji untuk tidak mengejar putaran tarif baru yang semula berlaku 15 Desember.
Kedua ekonomi utama berencana menandatangani kesepakatan parsial pada minggu pertama Januari.
“Ada periode terjemahan dan pembuatan draf. Tapi kesepakatan ini sepenuhnya telah rampung," ujar Lighthizer yang berbicara di CBS, seperti dikutip dari Reuters, Senin (16/12).
(Baca: AS-Tiongkok Sepakat Damai Dagang Tahap I, IHSG Diramal Melemah)
Lighthizer, salah satu negosiator utama dalam pembicaraan dengan para pejabat Tiongkok menjelaskan bahwa AS akan mempertahankan tarif 25% kepada produk Tiongkok senilai US$ 250 miliar impor Tiongkok, tetapi memangkas tarif pada barang Tiongkok senilai US$ 120 miliar dari 7,5% dari 15%.
Pengurangan tarif akan berlaku 30 hari setelah perjanjian ditandatangani.
Sementara itu, Tiongkok telah berkomitmen untuk meningkatkan pembelian produk pertanian AS sebesar US$ 32 miliar selama dua tahun. Dengan demikian, total pembelian Tiongkok pada barang pertanian AS diperkirakan akan mencapai rata-rata US$ 40 miliar per tahun, naik dibandingkan US$ 24 miliar pada 2017 sebelum perang dagang.
Trump sebelumnya menuntut agar Tiongkok membeli barang pertanian AS senilai US$ 50 miliar setiap tahun. Lighthizer mengatakan Tiongkok setuju untuk melakukan upaya terbaiknya untuk meningkatkan pembelian produk AS.
Tiongkok juga berkomitmen untuk mengurangi hambatan nontarif terhadap produk pertanian seperti unggas, makanan laut, dan aditif pakan serta persetujuan produk bioteknologi.
(Baca: Hampir Separuh Perusahaan Keuangan Global Sudah Merambah Fintech)
Di sisi lain, kesepakatan juga mencakup perlindungan hukum Tiongkok yang lebih kuat untuk paten, merek dagang, hak cipta, termasuk prosedur pidana dan perdata yang ditingkatkan untuk memerangi pelanggaran barang bajakan dan palsu.
Beijing turut berkomitmen untuk menindaklanjuti janji sebelumnya yakni menghilangkan segala tekanan bagi perusahaan asing untuk mentransfer teknologi ke perusahaan-perusahaan Tiongkok sebagai syarat akses pasar, lisensi atau persetujuan administratif dan untuk menghilangkan segala keuntungan pemerintah untuk transfer semacam itu.
Tiongkok bakal menahan diri untuk tidak secara langsung mendukung investasi keluar yang bertujuan untuk memperoleh teknologi asing untuk memenuhi rencana industrinya, transaksi yang telah dibatasi oleh tinjauan keamanan AS.
Terkait mata uang, Tiongkok disebut bakal menahan diri dari devaluasi mata uang kompetitif dan untuk tidak menargetkan nilai tukarnya untuk keuntungan perdagangan. Jika melanggar, AS akan kembali mengenakan tarif pada barang Tiongkok.
(Baca: Saran Bank Dunia agar Indonesia Jadi Negara Maju pada 2045)
Pejabat AS mengatakan kesepakatan itu juga mencakup pelonggaran akses ke pasar layanan keuangan Tiongkok untuk perusahaan AS, termasuk di perbankan, asuransi, sekuritas dan layanan pemeringkatan kredit. Ini bertujuan untuk mengatasi sejumlah keluhan AS yang telah lama muncul tentang hambatan investasi di sektor ini, termasuk batasan kepemilikan asing dan persyaratan peraturan diskriminatif.
Tiongkok telah berjanji selama bertahun-tahun untuk membuka sektor jasa keuangannya untuk lebih banyak kompetisi asing, mengatakan kesepakatan itu akan meningkatkan impor jasa keuangan dari Amerika Serikat.
Namun, surat kabar Global Times yang dikelola pemerintah mengatakan bahwa tidak semua lembaga asing akan dapat memanfaatkan pasar keuangan Tiongkok. "Secara alami, entitas dari negara-negara yang bersahabat dengan Tiongkok akan disukai oleh orang-orang Tiongkok," kata surat kabar itu dalam komentarnya.