Harga Minyak Menguat, Dipicu Kesepakatan Dagang AS-Tiongkok

Image title
17 Desember 2019, 07:43
Harga Minyak Menguat ditopang Kesepakatan Dagang AS-Tiongkok
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi, seorang petugas melintas di area Refinery Unit V Pertamina Balikpapan Kalimantan Timur (22/7).

Harga minyak menguat pada perdagangan kemarin (16/7) ditopang kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Pada pagi hari ini (17/12), harganya terpantau melanjutkan penguatan.

Berdasarkan data Reuters, harga minyak jenis Brent meningkat 12 sen atau 0,2% menjadi US$ 65,34 per barel pada perdagangan kemarin. Hari ini, harganya menguat 7 sen atau 0,11% dibanding penutupan sebelumnya US$ 65,22 menjadi US$ 65,29 per barel pada pukul 07.07 WIB.

Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 14 sen atau 0,2% menjadi US$ 60,21 per barel pada perdagangan kemarin. Hari ini, harganya turun tipis 1 sen menjadi US$ 60,20 per barel pada pukul 07.07 WIB.

Analis di Price Futures Group di Chicago Phil Flynn menilai, penguatan harga minyak tersebut didorong oleh pengumuman kesepakatan dagang fase pertama oleh AS dan Tiongkok. "Pasar berhenti sejenak untuk mencerna kesepakatan perdagangan itu,” kata dia dikutip dari Reuters, hari ini (17/12).

(Baca: Harga Minyak Tergelincir Pasca Kesepakatan Dagang AS-Tiongkok)

Pada akhir pekan lalu (13/12), pejabat AS menyatakan akan mengurangi beberapa tarif masuk barang impor dari Tiongkok. Hal ini sebagai imbalan karena Tiongkok akan membeli produk pertanian dan barang-barang lainnya dari AS dalam jumlah besar.

Kesepakata dagang AS dan Tiongkok membuat harga minyak WTI menyentuh level US$ 60 per barel. “Kami melihat apakah harganya dapat bertahan di atas US$ 60,” kata Flynn.

Sedangkan Analis dari ING Economics yang tidak disebutkan namanya mengatakan,  pasar membutuhkan kejelasan tentang kesepakatan tersebut. "Semakin lama kami harus menunggu detail ini, semakin besar kemungkinan pelaku pasar mempertanyakan seberapa bagus sebenarnya kesepakatan itu,” kata dia.

Pada Minggu (15/12) kemarin, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan kesepakatan bakal mendongkrak ekspor AS ke Tiongkok hingga dua kali lipat, selama dua tahun. Ia juga menegaskan bahwa kesepakatan ini benar-benar selesai, meski perlu ada beberapa revisi penulisan.

Robert menyatakan, Komisi tarif bea cukai Dewan Negara Tiongkok telah menangguhkan tarif tambahan untuk beberapa barang asal AS.  (Baca: Stok di Kilang AS Naik, Harga Minyak Dunia Kembali Tertekan)

Kesepakatan itu yang membuat harga minyak dunia menguat. Selain itu, data output industri dan pertumbuhan penjualan retail Tiongkok meningkat lebih dari yang diharapkan pasar.

Meski begitu, pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan melanjutkan perlambatan. Pemerintah Negeri Tirai Bamu memperkirakan ekonominya tumbuh sekitar 6% pada 2020, turun dari 6-6,5% tahun ini.

Di sisi lain, kenaikan harga minyak juga didorong oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia yang sepakat menambah pemangkasan produksi hingga 500 ribu barel per hari pada Kuartal I 2020. Hal ini mendorong penguatan harga minyak, meski Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan persediaan minyak global tetap meningkat tajam.

(Baca: Tak Pernah Bangun Kilang Minyak, Jokowi: Indonesia Disuruh Impor Terus)

Reporter: Verda Nano Setiawan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...