Incar Investor Swasta, LinkAja Galang Pendanaan Seri B Tahun Depan
Perusahaan Teknologi Keuangan Fintech sistem pembayaran, LinkAja bakal mulai menggalang pendanaan seri B pada semester pertama 2020. Perusahaan mengincar investor dari BUMN maupun swasta dalam penggalangan dana tersebut.
Chief Executive Officer LinkAja Danu Wicaksana mengatakan, shareholder perusahaan menginginkan agar mereka bisa terus berkolaborasi dengan para pemain BUMN maupun swasta, termasuk dari sisi pendanaan. Seperti halnya perusahaan teknologi lain, LinkAja juga masih membutuhkan pendanaan.
"Setidaknya, tiap satu atau dua tahun kami akan melakukan penggalangan dana," ujar Danu saat ditemui di kantornya, Selasa (17/12).
(Baca: Salurkan Bansos, LinkAja Targetkan Face Biometrik Gapai 70% Penduduk)
Dalam kesempatan yang sama, Chief Financial Officer LinkAja Ikhsan Ramdan mengatakan, perusahaan bakal menyelesaikan tahap pendanaan seri A di akhir tahun ini. Perusahaan juga tengah bersiap menggalang investasi seri B untuk tahun depan dan membuka opsi pada investor dari swasta.
Namun, perusahaan belum memutuskan siapa saja investornya dan berapa banyak jumlah penggalangan dana tersebut. "Tetapi kami sudah ada rencana bisnis dan usecase melalui funding tersebut. Kami bakal seleksi pihak swasta dari segi manfaat yang paling banyak diberikan ke Finarya," kata Ikhsan.
LinkAja merupakan dompet digital dari PT Fintek Karya Nusantara atau Finarya. Saat ini, Telkomsel memiliki 25% saham Finarya. Kemudian, Bank Mandiri, BNI, dan BRI memegang saham masing-masing 20%. Lalu, BTN dan Pertamina masing-masing 7%, serta Asuransi Jiwasraya 1%.
(Baca: LinkAja Berambisi jadi Unicorn hingga Rencana Garap Pasar Syariah)
Jika mengacu pada keterbukaan informasi yang diunggah oleh Telkom di situs Bursa Efek Indonesia pada 3 Juli 2019, komposisi kepemilikan saham Finarya ke depan direncanakan menjadi Telkomsel 25%, Bank Mandiri 17,03%, BRI 17,03%, BNI 17,03%, BTN 6,13%, Pertamina 6,13%, Jiwasraya 1%, Danareksa 0,63%, dan investor BUMN lain 10,02%.
Adapun fintech sistem pembayaran ini memiliki 40 juta pengguna terdaftar atau registered users dan menggaet lebih dari 250 ribu mitra penjual di Indonesia. Perusahaan mengklaim bahwa transaksinya meningkat lima kali lipat sejak Februari lalu.