Ragam Dampak Pemakzulan Presiden Trump ke Pasar Modal
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan Indonesia harus waspada setelah DPR Amerika Serikat sepakat memakzulkan Presiden Donald Trump. Dinamika politik di negara adikuasa itu akan berpengaruh terhadap perekonomian dunia.
Apalagi proses pemakzulan ini telah meningkatkan ketegangan politik di AS antara Partai Demokrat dan Partai Republik. “Perlu kita waspadai karena AS merupakan negara dengan ekonomi terbesar di dunia,” kata Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (19/12).
DPR AS, yang mayoritas dikuasai Demokrat, sepakat memakzulkan Trump karena penyalahgunaan kekuasaan. Sebanyak 230 anggota sepakat, sedangkan 197 orang lainnya menolak impeachment tersebut.
Pasal yang digunakan untuk menjatuhkan Trump adalah tuduhan menekan Ukraina agar menyelidiki pesaing utamanya dalam pencalonan presiden 2020, Joe Biden. Demokrat percaya Trump menahan bantuan keamanan kepada Ukraina sebesar US$ 391 juta untuk memuluskan keinginannya.
Pasal kedua, Trump dituduh menghalangi penyeledikan Kongres terkait masalah Ukraina. Presiden AS ke-45 itu mengarahkan pejabat Gedung Putih untuk tidak mematuhi panggilan DPR yang sah untuk memberi kesaksian.
Sepanjang sejarah berdirinya AS selama 243 tahun, ada tiga presiden yang mengalami pemakzulan oleh DPR. Ketiganya adalah Andrew Johnson, Bill Clinton, dan Trump. Presiden AS ke-37 Richard Nixon hampir dimakzulkan. Namun, ia memutuskan mengundurkan diri sebelum DPR melakukan voting.
Dari dua presiden sebelumnya yang terkena pemakzulan, tidak ada yang akhirnya lengser dari Gedung Putih. Di level Senat keduanya bisa lolos dan menjadi presiden hingga masa jabatan berakhir. Kemungkinan besar hal yang sama terjadi untuk Trump karena kursi Senat saat ini mayoritas diisi partai pendukungnya, yaitu Republik.
(Baca: Efek Positif Pemakzulan Trump, Rupiah Perkasa ke 13.985 per Dolar AS)
Dampak Pemakzulan Trump
Pasar keuangan dan modal tampaknya tak terlalu terpengaruh pemakzulan Trump. Dilansir dari CNBC.com, investor yakin presiden berusia 73 tahun itu tidak akan dicopot dari jabatannya.
Para investor lebih fokus pada perkebangan negosiasi dagang antara AS dan Tiongkok. Perjanjian perdagangan antara kedua negara kemungkinan ditandatangani pada Januari 2020.
Pada penutupan perdagangan semalam, pasar saham AS malah mencetak rekor. Dow Jones naik 0,5% ke level 28.376,9, lalu S&P naik 0,5% ke 3.205,2, dan Nasdaq positif 0,7% ke 8.867,2.
Kondisi tersebut berbeda ketika Ketua DPR Nancy Pelosi memutuskan akan melakukan sidang pemakzulan Trump pada September lalu. Pasar modal langsung bereaksi negatif. “Jika mereka (DPR) benar-benar melakukan ini, pasar akan ambruk,” kata Trump saat itu.
Melansir dari Independent.co.uk, Trump sebelumnya juga memperingatkan kalau semua orang akan sangat miskin jika dia dimakzulkan dan dipindahkan dari Gedung Putih.
Ketika DPR memutuskan memakzulkan Bill Clinton pada akhir 1990an, pasar saham juga tidak terpengaruh dan terus naik. Padahal rincian skandal perselingkuhannya dengan Monica Lewinsky beredar di media massa. Kebohongan Clinton pun terbuka ke publik.
Yang menarik, justru pemakzulan Richard Nixon. Peristiwa yang terjadi pada akhir 1973 dan awal 1974 itu berbarengan pula dengan penurunan indeks S&P sebesar 33%. CNN.com mencatat, pergerakan saham itu lebih karena faktor ekonomi.
Skandal Nixon, yang kerap disebut Watergate, terjadi di saat AS mengalami resesi. Pasar modal dalam kondisi bearish dan inflasi tinggi, bertepatan pula dengan krisis minyak dan Perang Vietnam.
(Baca: BI: Pengaruh Pemakzulan Trump ke Pasar Keuangan Indonesia Minim)