Anomali Ekonomi Labuan Bajo, Calon Lokasi Pertemuan KTT APEC 2023

Agustiyanti
26 Desember 2019, 14:43
Labuan Bajo, NTT, KTT APEC, G20 Summit, bandara komodo
Katadata/Agustiyanti
Pemerintah berencana menjadikan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur sebagai lokasi KTT APEC dan G20 Summit pada 2023.

Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur digadang-gadang menjadi lokasi penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT APEC dan G20 Summit pada 2023. Wilayah ini sejak beberapa tahun terakhir memang menjadi primadona pemerintah dalam mendorong pariwisata di dalam negeri. Namun, pariwisata ternyata belum merupakan motor utama ekonomi di daerah tersebut. 

Presiden Joko Widodo bahkan belum lama ini menyebut Labuan Bajo sebagai destinasi wisata premium. Pemerintah pun gencar membangun infrastruktur di wilayah Indonesia Timur ini.

Advertisement

Namun, bagaimana sebenarnya kondisi perekonomian Labuan Bajo?

Labuan Bajo merupakan satu dari 19 desa yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur yang tengah dikembangkan menjadi kota wisata. Desa ini masuk dalam kecamatan Komodo dengan luas total wilayah mencapai 768,9 km.

Bandara Komodo merupakan bandara kedua dengan penumpang terbanyak di wilayah NTT, setelah Bandara Eltari, Kupang. Total penumpang yang datang di bandara ini mencapai 35.284 penumpang pada Oktober, sedangkan total penumpang yang berangkat mencapai 35.173 penumpang.

Jumlah tersebut menyumbang 20,82% dari total penumpang yang datang ke provinsi NTT.

(Baca: Pemerintah Siapkan Labuan Bajo untuk Pertemuan KTT APEC)

Kendati demikian, pariwisata belum menjadi penyumbang utama perekonomian di wilayah NTT secara keseluruhan. Berdasarkan data BPS pada kuartal III 2019, perekonomian NTT paling banyak disumbang oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Disusul oleh administasi pemerintah, pertanahan, dan jaminan sosial wajib, serta sektor perdagangan eceran besar.

Adapun sektor konstruksi menempati posisi keempat terbesar penyumpang perekonomian wilayah tersebut.

Pertumbuhan ekonomi NTT pada kuartal III 2019 pun mengalami perlambatan dari 6,58% pada kuartal II 2019 menjadi 3,87%. Perlambatan ekonomi terjadi seiring konsumsi rumah tangga yang melemah usai momentum Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, serta penurunan kinerja sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan seiring musim kemarau yang panjang.

Kendati demikian, investasi yang masuk ke wilayah ini  meningkat 22,43% pada kuartal III 2019 dibanding periode yang sama tahun lalu.

Bank Indonesia dalam kajian regional wilayah NTT memproyeksi pertumbuhan wilayah ini pada tahun depan akan berada pada kisaran 5,45% hingga 5,85%, meningkat dibandingkan prakiraan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini sebesar 5% hingga 5,4%. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi NTT akan didorong oleh konsumsi dan investasi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement