Bursa Saham Amerika Terancam Koreksi Tajam Tahun Depan

Martha Ruth Thertina
30 Desember 2019, 08:57
Bursa saham, IHSG, prediksi pasar saham, prediksi pasar saham tahun depan, prediksi pasar saham 2020
ANTARA FOTO/REUTERS/Andrew Kelly
Pedagang saham bekerja di lantai bursa di New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City, Amerika Serikat.

Indeks di bursa saham Amerika Serikat (AS) terus menanjak dalam beberapa tahun ini, dengan pergerakan yang semakin cepat tahun ini. Di tengah kondisi positif ini, analis memperingatkan bubble dan risiko koreksi tajam indeks di tahun depan.

Presiden Yardeni Research Edward Yardeni mengatakan, dirinya memprediksikan S&P 500 bakal menembus 3.500 akhir tahun depan. Namun, indeks bergerak lebih cepat dari yang ia bayangkan. Di pengujung tahun ini, S&P telah berada di kisaran 3.200.

“Koreksi 10% sampai 20% memungkinkan jika market ini menyentuh 3.500 lebih cepat dari jadwal saya,” kata dia dalam wawancara dengan CNBC internasional beberapa waktu lalu.

Dirinya telah mengkhawatirkan kenaikan cepat indeks dalam beberapa bulan belakangan. “Bull markets dalam kondisi terbaik ketika Anda memiliki tembok kekhawatiran. Yang saya khawatirkan adalah tidak ada orang yang khawatir sama sekali,” kata dia.

(Baca: Perdagangan Terakhir Tahun Ini, IHSG Diprediksi Teruskan Kenaikan)

Ia menambahkan, tanpa ekonomi yang kuat dan pertumbuhan pendapatan yang kencang maka sulit untuk melihat reli kenaikan indeks akan berjalan mulus. Yardeni yang diketahui mengurus strategi investasi Prudential dan Deutsche Bank mengatakan dia akan menahan diri untuk menempatkan investasi baru di pasar saham AS sekarang.

Menurut dia, posisi teraman adalah wait and see hingga koreksi selanjutnya. Strategi dia, ambil saham, terutama di sektor teknologi, dengan nilai yang lebih baik. “Ini bukan pasar yang murah. Awal Oktober lalu, saya mengatakan, ‘mungkin ada nilai di luar negeri, jadi mungkin Anda perlu melihat ke negara yang pasarnya tengah berkembang,” ujarnya.   

Meski begitu, dia melihat S&P akan naik paling tinggi di bursa AS dan tak ada resesi sepanjang 2021. “Melihat 2020, saya berekspektasi pendapatan naik 4% sampai 5%, tidak menakjubkan, tapi itu cukup untuk membawa market naik ke 3.500 pada akhir tahun depan,” ujarnya.

Risiko koreksi pada indeks saham AS juga disampaikan veteran trader Tim Anderson. “Beberapa orang tengah melihat potensi penurunan 6% sampai 8% di Januari,” kata dia dalam sesi wawancara Yahoo Finance.

(Baca: Riset Bain: Pebisnis di Indonesia Belum Siap Hadapi Ancaman Resesi)

SEI Non-Traditional Strategies CIO Jim Sigiel menambahkan, “Meski volatilitas sangat rendah dalam beberapa tahun ini, itu tetap mengingatkan investor bahwa (potensi koreksi) di sana. Jadi, koreksi 6% sampai 8% relatif normal, dan perlu diperhitungkan semua orang di market. Apa saja bisa menyebabkan hal itu,” kata dia.

Sejak awal tahun hingga 29  Desember 2019 (year to date), S&P 500 telah naik 29,25%, sedangkan Dow Jones naik 22,8%, Nasdaq Composite 35,74%, NYSE Composite naik 22,59%, dan S&P/TSX Composite naik 19,87%.

Seiring pergerakan naik di bursa AS, indeks di bursa saham Eropa Asia juga menunjukkan pergerakan positif, termasuk indeks Hang Seng meskipun di tengah ketegangan politik di Hong Kong.

Di Eropa, Euro Stoxx 50 naik 26,02% (ytd). Begitu juga Dax naik 26,31% dan FTSE 100 naik 13,63%. Sedangkan di Asia, Nikkei 225 tercatat naik 18,49%, Hang Seng 9,3%, CSI 300 naik 33,59%. Indeks saham negara berkembang juga mencatatkan kenaikan, tercermin dari MSCI AC Asia Pacific yang naik 16,61%

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...