Tak Ada Kemarau Panjang, BMKG Prediksi Karhutla Menurun pada 2020
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi tingkat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akan menurun pada tahun depan. Hal ini disebabkan musim kemarau panjang sebagaimana di 2019 kemungkinan tak kembali terjadi.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, bencana karhutla kerap terjadi lantaran kemarau panjang selama 2019. BNPB mencatat, ada 746 peristiwa karhutla dalam setahun terakhir.
Dari jumlah tersebut, tingkat karhutla tertinggi pada Juli hingga November 2019 seiring dengan puncak musim kemarau.
(Baca: Cuaca Ekstrem, BMKG Peringatkan Potensi Bencana pada Pergantian Musim)
Lebih lanjut, dia menjelaskan musim kemarau panjang diprediksi tak akan terjadi tahun depan karena tidak ada fenomena El Nino hingga Juni 2020. Selain itu, indikasi munculnya fenomena perbedaan signifikan suhu muka air laut di sebelah timur Afrika dan barat daya Sumatera juga tak akan terjadi.
Dengan demikian, suhu muka air laut di Indonesia pada 2020 menjadi normal. ““Artinya diprediksi tidak terjadi musim kemarau berkepanjangan,” kata Dwikorita.
Dia juga menyatakan, siklus curah hujan akan kembali normal pada 2020. BMKG mencatat, awal musim hujan dimulai per akhir Desember 2019 dan terus meningkat hingga Maret 2020.
Peningkatan curah hujan akan terjadi secara bertahap, khususnya di Sumatera bagian selatan, Jawa, NTT, Kalimantan bagian tengah, Sulawesi, dan Papua. “Kecenderungannya (tingkat karhutla) menurun, terutama karena musim hujan kembali normal,” kata Dwikorita.
Untuk meminimalisir karhutla pada tahun depan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan meningkatkan upaya pencegahan dengan menggandeng sejumlah elemen masyarakat.
BNPB menyatakan bakal mendorong keterlibatan masyarakat, khususnya mahasiswa di beberapa perguruan tinggi di Riau untuk mencegah karhutla mulai Januari 2020. “Kita harapkan pola ini nantinya bisa menjadi ujung tombak bagi daerah-daerah lain dalam program pencegahan,” kata Kepala BNPB Doni Monardo.
Selain itu, BNPB mendorong masyarakat mengubah perilaku di lokasi rawan karhutla. Dengan begitu, masyarakat diharapkan tak hanya bergantung pada satu komoditas pertanian saja, yakni sawit.
(Baca: BMKG: Waspada Hoaks Bencana Jelang Tahun Baru)
Menurut Doni, upaya ini sudah disampaikan kepada Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. “Kami sudah melakukan rapat,” kata Doni.
Lebih lanjut, BNPB juga bakal meningkatkan kemampuan mengurangi lahan terbakar melalui penggunaan teknologi, seperti water bombing dan modifikasi cuaca.
Doni mengatakan, pihaknya juga akan bekerja sama dengan Kementerian PUPR untuk bisa membasahi gambut-gambut yang selama ini kerap menjadi sumber karhutla.
“Kami juga akan bekerja sama dengan Badan Restorasi Gambut dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar fungsi gambut ini pulih kembali,” kata Doni.