Balas Dendam, Iran Luncurkan Belasan Rudal ke Pangkalan AS di Irak
Iran melancarkan serangan rudal ke pangkalan militer udara Irak yang menampung pasukan Amerika Serikat pada Rabu (7/1). Serangan dilakukan beberapa jam setelah pemakaman Petinggi Militer Iran Qasem Soleimani yang tewas dalam serangan AS di Irak pada akhir pekan lalu.
Departemen AS menyebut serangan dilakukan sekitar pukul 01.30 waktu setempat. Iran menembakkan 13 rudal ke pangkalan Al Assad dan Irbil.
"Jelas bahwa rudal ini diluncurkan dari Iran dan menargetkan setidaknya dua pangkalan militer Irak yang menampung personel militer dan koalisi AS," ujar Juru Bicara Kementerian Pertahanan AS Jonathan Hoffman dikutip dari CNN.
Pentagon menyatakan pangkalan-pangkalan tersebut kini berstatus siaga tinggi. "Kami akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan personel, mitra, dan sekutu AS di kawasan itu," jelasnya.
Dalam sebuah pesan melalui saluran Telegram, Garda Revolusi Iran menyatakan akan menargetkan Dubai, Uni Emirat Arab dan Haifa, Israel jika AS memutuskan untuk mengebom wilayahnya.
(Baca: Kronologi Ketegangan AS – Iran hingga Memicu Isu Perang Dunia Ketiga)
Juru Bicara Gedung Putih Stephanie Grisham mengatakan, Presiden AS Donald Trump telah memperoleh laporan terkait serangan tersebut dan sedang memantau situasi yang berkembang. Saat ini, Menteri Pertahanan Mark Esper, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, dan Wakil Presiden Mike Pence tengah berada di Gedung Putih.
Keamanan Gedung Putih juga ditingkatkan usai serangan Iran tersebut.
Esper sebelumnya mengatakan AS harus mengantisipasi pembalasan dari Iran atas pembunuhan Soleimani. Pembalasan dapat dilakukan Iran melalui kelompok yang mereka dukung di luar negara tersebut maupun tangan mereka sendiri.
“Kami siap untuk segala kemungkinan dan akan menanggapi dengan tepat apa pun yang mereka lakukan," terang dia.
Soleimani adalah tokoh penting yang mengatur kampanye lama Iran untuk mengusir pasukan AS dari Irak. Ia juga bertanggung jawab untuk membangun jaringan pasukan proksi Teheran di seluruh Timur Tengah.
Dia adalah pahlawan nasional bagi sebagian besar orang Iran, baik pendukung kepemimpinan ulama atau tidak. Namun, Soleimani dipandang sebagai penjahat berbahaya oleh pemerintah Barat.
(Baca: Hubungan AS-Iran Memanas, Investor Mulai Meninggalkan Saham)
Seorang pejabat senior Iran sebelumnya mengatakan pada Selasa bahwa Teheran sedang mempertimbangkan beberapa skenario untuk membalas kematian Soleimani. Tokoh senior lainnya mengatakan akan membalas sesuai dengan pembunuhan yang dilakukan AS dan memutuskan untuk memilih waktu dan tempat yang tepat.
"Kami akan membalas dendam, pembalasan yang keras dan pasti," kata kepala Pengawal Revolusi Iran, Jenderal Hossein Salami.
Pemakaman Soleimani berjalan setelah beberapa jam penundaan menyusul penyerbuan yang menewaskan sedikitnya 56 orang dan melukai lebih dari 210 orang.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengancam akan menyerang 52 basis Iran termasuk situs budaya jika Teheran berani menyerang balik aset-aset dan warga AS di Timur Tengah. Adapun Iran memberi sinyal akan membalas kematian Mayor Jenderal Qasem Soleimani.
Namun, pernyataan Trump tersebut dibantah oleh Kepala Staf Angkatan Darat AS Mark Milley. "Kami akan mengikuti hukum konflik bersenjata," ujar Milley.
Milley menjelaskan, penyerangan situs budaya dilarang dalam hukum konflik bersenjata. Penyerangan situs budaya termasuk dalam kejahatan perang.