IHSG Sesi I Ditutup Menguat 0,23%, Saham Sektor Tambang Jeblok
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi pertama hari ini, Kamis (9/1), ditutup naik 0,23% ke level 6.239,73. Penguatan indeks di dorong oleh saham-saham pada sektor agrikultur, sedangkan sektor pertambangan yang sebelumnya melesat berakhir terkoreksi.
Adapun penguatan IHSG seiring respons Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang 'melunak' terkait serangan balasan Iran terhadap pangkalan militer AS di Irak.
Trump tadi malam menyatakan AS tidak perlu menanggapi serangan Iran terhadap pangkalan militer yang menampung pasukan AS di Irak secara militer. Ia juga menyebut tak ada orang Amerika yang terluka dalam serangan pada Rabu (8/1).
Namun perkembangan terbaru, serangan roket kembali menghantam Irak di lokasi kedutaan besar AS berada. Adapun AS belum memberikan respons terkait kondisi ini.
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan setiap perkembangan kondisi konflik antara Iran dan AS dapat memberikan sentimen terhadap pasar. Ia berharap pertikaian AS dan Iran dapat mereda sebelum 15 Januari 2020, saat AS dan Tiongkok meneken kesepakatan dagang tahap I.
"Dengan kesepakatan dagang antara AS dan Tiongkok setelah perang dagang selama hampir 19 bulan, akan membuat dunia menjadi lebih baik lagi," terang dia.
(Baca: Enggan Balas Iran secara Militer, Trump Bakal Beri Sanksi Ekonomi)
Pada perdagangan sesi pertama hari ini, nilai transaksi mencapai Rp 3,2 triliun yang berasal dari perdagangan 4,17 miliar saham. Tercatat 185 saham naik, 171 saham turun, dan 147 saham stagnan.
Adapun saham sektor agrikultur mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 2,12%. Kenaikan indeks tersebut, antara lain ditopang harga saham PT Astra Agro Lestari Tbk atau AALI yang naik 2,44% menjadi Rp 13.650 per saham dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk atau LSIP yang naik 4,06% menjadi Rp 1.410 per saham.
Adapun sejalan dengan meredanya sentimen konflik antara AS dan Iran, harga minyak dan emas kembali turun. Hal ini membuat sektor saham pertambangan yang sebelumnya menjadi primadona, ditutup turun 0,69%.
Harga saham produsen emas, seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk atau MDKA turun 4,42% menjadi Rp 1.190, PT Aneka Tambang Tbk atau ANTM turun 2,21% menjadi Rp 885, dan saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk atau PSAB anjlok 6,10% menjadi Rp 308.
(Baca: Manfaatkan Konflik AS-Iran, Analis Rekomendasikan Saham Emiten Emas)
Sementara di sektor migas, harga sama PT Medco Energi Internasional Tbk atau MEDC turun 3,28% menjadi Rp 885 dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGAS turun 0,48% menjadi Rp 2.090,
Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (9/1) pukul 08.06 WIB, harga minyak jenis Brent untuk kontrak Maret 2020 turun 4,15% menjadi US$ 65,44 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Februari 2020 naik tipis 0,59% menjadi 60,20.
Harga emas kembali turun 0,05% menjadi US$ 1.554,99 per ons pada perdagangan Kamis (9/1) pukul 08.00 WIB. Dilansir dari Reuters, konflik AS dan Iran sempat melambungkan harga emas hingga US$ 1.610,9 per ons, harga tertinggi sejak Maret 2013.
Investor asing pada perdagangan sesi I hari ini tercatat jual bersih di pasar reguler Rp 101,29 miliar. Sedangkan di pasar negosiasi dan tunai, asing melakukan beli dengan nilai bersih Rp 984,72 miliar.
Sementara di kawasan Asia lainnya, indeks bergerak di zona hijau juga hingga pukul 12.00 WIB. Nikkei 225 Index melesat 2,19%, Hang Seng Index naik 1,06%, Shanghai Composite menguat Index 0,5%, dan Strait Times Index merangkak 0,07%.