Startup di Tiga Sektor Berpeluang Jadi Unicorn Tahun Ini
Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) menilai, perusahaan rintisan dari tiga sektor berpeluang meraih status unicorn tahun ini. Ketiga sektor itu yakni teknologi finansial (fintech), kesehatan (healthtech), dan pendidikan (edtech).
“Ketiganya memiliki peluang yang masih besar untuk masuk ke stage unicorn,” kata Ketua Amvesindo Jefri R Sirait kepada Katadata.co.id, Kamis (9/1). Namun, ia enggan menyebutkan jumlah startup yang berpotensi menjadi unicorn di 2020.
Unicorn merupakan sebutan bagi startup bervaluasi lebih dari US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun. Indonesia memiliki empat unicorn yaitu Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dan OVO. Sedangkan Gojek berstatus decacorn atau valuasinya melebihi US$ 10 miliar atau sekitar Rp 140 triliun.
(Baca: Mantan Menteri Kominfo Optimistis Ada 3 Unicorn Baru pada 2020)
Jefri menjelaskan, salah satu startup pendidikan yang berpeluang menyandang status unicorn yaitu Ruangguru. Perusahaan rintisan ini baru saja mendapat pendanaan seri C senilai US$ 150 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun. Investasi itu dipimpin oleh modal ventura asal Amerika Serikat (AS), General Atlantic dan GGV Capital.
Secara keseluruhan, ketiga sektor itu berpotensi menjadi unicorn dilihat dari sisi kapabilitas, nilai investasi dan peluang pasarnya. “Pasar masih luas dan itu membutuhkan inovasi yang dapat di-deliver oleh ketiganya,” kata Jefri.
Sepengetahuannya, investor tertarik menanamkan modal di startup yang bergerak di ketiga sektor itu tahun ini. (Baca: Galang Pendanaan, Valuasi Ruangguru Diprediksi Tembus Rp 7 Triliun)
Vice President Investment BRI Ventures William Gozali sempat mengatakan, investor masih akan mengincar startup di bidang-bidang yang vertikal bisnisnya sudah matang. “Karena tren industri tidak akan berubah dalam waktu yang sangat singkat,” kata dia kepada Katadata.co.id, akhir pekan lalu (3/1).
Menurutnya, sektor pendidikan dan kesehatan akan dilirik penanam modal, karena pemerintah menggelontorkan dana yang cukup besar untuk kedua pos keuangan ini. “Semakin banyak pemain baru bermunculan. Dua sektor ini (pendidikan dan kesehatan) memiliki pangsa pasar yang besar dan highly regulated. Jadi ini akan menjadi long-term play,” kata dia.
Managing Partner Kejora Ventures Eri Reksoprodjo mengatakan, digital inklusi memberi ruang bagi masuknya investasi di sektor fintech. “Fintech masih banyak investor dari luar negeri yang mencari,” kata dia.
(Baca: Startup Fintech, Pendidikan dan Kesehatan Diminati Investor Tahun Ini)
Menurutnya, pertumbuhan kepemilikan rekening perbankan di Indonesia merupakan salah satu yang tercepat di Asia Timur dan Pasifik. Di satu sisi, pengguna ponsel pintar (smartphone) di Tanah Air juga cukup banyak. Hal ini menjadi peluang bagi pelaku fintech.
Sebelumnya, Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara optimistis ada tiga unicorn baru tahun ini. Ia memperkirakan, dua di antaranya berasal dari sektor pendidikan dan kesehatan. Sebab sudah ada startup yang mendapat pendanaan seri D dan E di kedua bidang ini yang valuasinya mendekati US$ 1 miliar.
Selain itu, startup fintech diminati investor. Karena itu, ia memperkirakan perusahaan rintisan di bidang ini berpeluang menjadi unicorn, menyusul OVO.
(Baca: Bukalapak Masuki Era Baru Unicorn, Pendiri Tak Lagi Jadi CEO)