Mari Pangestu, Direktur Bank Dunia yang Sempat Ingin Jadi Jurnalis
Presiden Bank Dunia David Malpass baru saja mengumumkan penunjukan Mari Elka Pangestu sebagai Direktur Pelaksana Kebijakan dan Kemitraan Pembangunan Bank Dunia. Pengangkatannya berlaku efektif pada 1 Maret 2020.
Mari dianggap berpengalaman sebagai menteri senior, ekonom, dan peneliti yang telah mendapat pengakuan secara global. “Kami dengan senang menyambut Mari ke Bank Dunia dalam peran pentingnya bagi institusi ini,” kata Malpas, Jumat (10/1).
Perempuan kelahiran Jakarta, 23 Oktober 1956 itu merupakan menteri era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Jabatan Menteri Perdagangan ia emban pada 2004-2011. Lalu, Mari menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 2011 hingga Oktober 2014.
Usai tak lagi di pemerintahan, Mari saat ini menjadi Senior Fellow di Columbia School of International and Public Affairs, professor ekonomi internasional di Universitas Indonesia, asisten profesor di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew.
Ia juga menjabat sebagai asisten profesor di Crawford School of Public Policy, Australian National University, Anggota Dewan Indonesia Bureau of Economic Research serta Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jakarta.
Terkait pengangkatannya, Mari mengatakan hal ini merupakan kehormatan besar. “Saya menantikan kesempatan untuk bekerja dengan tim yang kuat ini pada tantangan mendesak yang dihadapi anggota Bank Dunia,” ucapnya.
(Baca: Setelah Sri Mulyani, Mari Pangestu Ditunjuk jadi Direktur Bank Dunia)
Mari Elka Pangestu Sempat Bercita-cita Jadi Jurnalis dan Dokter
Mari menjadi perempuan kedua Indonesia yang menjabat Direktur Pelaksana Bank Dunia. Posisi itu sebelumnya pernah diemban oleh Menteri Keuangan saat ini, Sri Mulyani. Keduanya juga sempat bersama-sama menjadi menteri pada Kabinet Indonesia Bersatu I era Presiden SBY.
Ketika kecil ia bercita-cita menjadi jurnalis, bukan ekonom apalagi menteri. “Dulu saya suka menulis untuk majalah sekolah, suka bikin cerpen, lalu saya jadikan buku,” katanya, seperti dikutip dari JPNN.com pada 17 April 2011.
Ayahnya merupakan J Panglaykim, ekonom dan peneliti senior Indonesia. Namun, Mari mengaku saat kecil tidak tertarik mendalami ekonomi. Ia sempat mengubah cita-citanya menjadi dokter anak.
Usai sekolah menengah atas, ia diterima di Fakultas Kedokteran Australian National University. Tapi Mari batal masuk jurusan itu karena mengaku tidak akan kuat menjalani pendidikannya.
(Baca: Kian Lesu, Bank Dunia Pangkas Lagi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global)
Setelah berkonsultasi dengan keluarga, Mari pindah ke Jurusan Science. Di jurusan inilah ia mendalami ilmu ekonomi. Tak cukup meraih gelar sarjana strata satu, ia lalu melanjutkan studinya hingga strata tiga. Doktor bidang Perdagangan Internasional, Keuangan, dan Ekonomi Moneter dari Universitas California Davis, Amerika Serikat, ia raih pada 1986.
Saat menjadi menteri, ibu dua putra itu mengakui pekerjaanya tidak mudah. Mari yang awalnya terkenal sebagai ekonom dan pengkritik pemerintah, lalu harus berada di dalamnya. “Saya bukan orang yang alergi kritik, asalkan disertai alasan yang jelas. Yang terpenting, kritik itu jangan diambil sebagai hal personal,” katanya.