PM Kanada: Ada Bukti Pesawat Ukraina Jatuh Tertembak Rudal Iran
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menyebut pesawat Ukraina Airlines yang jatuh di Iran dan menewaskan seluruh penumpang dan awak pesawat kemungkinan dijatuhkan oleh rudal Iran.
"Kami memiliki intelejen dari berbagai sumber, termasuk sekutu kami dan intelejen kami sendiri. Bukti menunjukkan bahwa pesawat itu ditembak jatuh oleh rudal Iran," ujar Trudeau dalam konferensi pers di Ottawa, dikutip dari Reuters, Jumat (10/1).
Pesawat Ukraina yang jatuh usai lepas landas dari Bandara Internasional Iman Khomeini, Iran mengangkut 63 warga Kanada. Pesawat tersebut mengangkut 167 penumpang dan 9 awak pesawat.
Trudeu mengatakan, insiden tersebut kemungkinan tidak sengaja. Ia memastikan Pemerintah Kanada tidak akan beristirahat hingga mampu mengungkap insiden ini secara tansparan dan adil.
Sebelumnya pada Kamis, seorang pejabat AS mengatakan Washington telah menyimpulkan dengan tingkat kepastian yang tinggi bahwa rudal anti-pesawat menjatuhkan pesawat itu. Mengutip sebuah tinjauan luas terhadap data satelit, Pejabat itu mengatakan Boeing 737-800 (BA.N) telah dilacak oleh radar Iran.
(Baca: Pesawat Ukraina Airlines Jatuh di Iran, 176 Penumpang dan Awak Tewas )
Tiga pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa Washington percaya Iran tak sengaja menembakkan rudal tersebut.
Salah satu pejabat mengatakan, data menunjukkan bahwa terdapat dua sinyal rudal yang terdeteksi saat pesawat Ukraina mengudara selama dua menit. Tak lama kemudian terjadi ledakan.
The New York Times menyatakan telah memperoleh dan memverifikasi sebuah video yang tampaknya memperlihatkan sebuah rudal Iran mengenai sebuah pesawat di dekat bandara Teheran.
Namun, Juru Bicara pemerintah Iran Ali Rabiei membantah bahwa pesawat tersebut jatuh akibat terkena rudal.
"Semua laporan ini adalah perang psikologis melawan Iran. Semua negara yang warganya berada di pesawat dapat mengirim perwakilan dan kami mendesak Boeing untuk mengirim perwakilannya untuk bergabung dalam proses penyelidikan kotak hitam," katanya.
(Baca: Foto: Jatuhnya Pesawat Boeing 737 - Ukraina di Iran)
Sebuah laporan awal yang dikeluarkan oleh organisasi penerbangan sipil Iran pada hari Kamis mengatakan, pesawat berusia tiga tahun yang diterbangkan Ukraina Airlines mengalami masalah teknis segera setelah lepas landas dan mulai menuju ke bandara terdekat sebelum jatuh.
Pesawat Boeing 737-800 yang jatuh merupakan varian pendahulu dari Boeing 737 Max yang dilarang terbang setelah insiden jatuhnya pesawat Lion Air dan Ethiopian Airlines. Sekitar 5 ribu unit pesawat Boeing 737-800 telah diproduksi sejak 1997 dengan catatan keselamatan yang baik.
Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih, Presiden Donald Trump mengatakan dia tidak percaya pesawat buatan AS tersebut jatuh karena masalah mekanis.
"Itu hal yang tragis. Tetapi seseorang bisa saja membuat kesalahan di sisi lain,” kata Trump.
Riki Ellison, seorang pakar pertahanan dan pendiri Aliansi Advokasi Pertahanan Rudal, mengatakan sinyal radar pesawat Boeing akan sangat mirip dengan pesawat angkut militer besar AS.
“Iran bersiaga penuh untuk menembak jatuh apa pun yang menyerupai pesawat AS. Seseorang membuat kesalahan dengan mengidentifikasinya sebagai pesawat perang, ”kata Ellison.
(Baca: FAA Keluarkan Larangan Terbang di Langit Iran dan Irak)
Begitu rudal ditembakkan, mustahil untuk mengalihkan mereka, bahkan jika operator darat menyadari kesalahan mereka. "Begitu kamu menembak hal-hal itu, semuanya sudah berakhir," terang dia.
Boeing merupakan perusahaan kedirgantaraan terbesar di dunia yang memproduksi pesawat terbang komersial maupun militer serta satelit. Sebelum insiden kecelakaan pesawat Lion Air dan Ethiopian Airlines, produsen pesawat AS ini selalu mendapatkan pesanan pesawat dari berbagai maskapai di dunia. Berikut data pesanan pesawat Boeing seperti yang digambarkan dalam databoks.
Boeing tengah terperosok dalam krisis keuangan usai kecelakaan jatuhnya pesawat 737 Max 8 yang dioperasikan Lion Air dan Ethiopian Airlines pada Oktober 2018 dan Maret 2019. Kedua kecelakaan tersebut menewaskan hampir 350 orang dan membuat Boeing harus mendaratkan pesawat jenis 737 Max Jet selama 10 bulan.
Adapun ketegangan antara Washington dan Teheran telah meningkat sejak Trump memerintahkan serangan di Irak yang membunuh Petinggi Militer Iran Qassem Sulaimani pada pekan lalu. Adapun Trump kini telah menahan diri tak memerintahkan lebih banyak aksi militer meski menerima serangan balasan dari Iran.
Menteri Luar Negeri Iran menyebut serangan kepada pangkalan militer Irak yang menampung pasukan AS merupakan respons atas serangan AS.