BPK: Asabri Tak Mungkin Gagal Bayar Klaim seperti Jiwasraya
Badan Pemeriksa Keuangan menilai PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau Asabri tak akan mengalami gagal bayar klaim, seperti PT Asuransi Jiwasraya.
Anggota BPK Achsanul Qosasi menjelaskan, likuiditas Asabri masih terjaga meski investasi sahamnya kini tengah anjlok. Hal ini lantaran perusahaan asuransi tersebut tetap mendapat premi rutin dari peserta.
"Tidak mungkin gagal bayar, karena likuiditasnya terjaga dengan masuknya premi setiap bulan," kata Achsanul kepada Katadata.co.id melalui pesan singkatnya, Selasa (14/1).
Selain mendapatkan premi dari program asuransinya, Asabri juga mendapatkan iuran pensiunan dari anggota TNI dan Polri. Berdasarkan laporan keuangan periode 2017, iuran penisunan tersebut mencapai Rp 1,21 triliun. Namun angka tersebut menurun 38% dibandingkan 2016 yang mencapai Rp 1,96 triliun.
Sedangkan untuk program investasi lainnya, seperti Tabungan Hari Tua atau THT, Jaminan Kecelakaan Kerja atau JKK, dan Jaminan Kematian tercatat sebesar Rp 1,85 triliun, meningkat 5,6% dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar Rp 1,67 triliun.
(Baca: Wakil Menteri BUMN: Penanganan Asabri Lebih Sulit Ketimbang Jiwasraya)
Adapun laba tahun berjalan Asabri tergerus hingga 86,87% menjadi Rp 110,47 miliar. Namun, penyebab penurunan nilai investasi belum terang lantaran ringkasnya data. Di sisi lain, likuiditas perusahaan tercatat masih dalam kondisi baik. Aset lancar tercatat tebal yaitu Rp 36,29 triliun, sedangkan liabilitas jangka pendek Rp 4,17 triliun.
Berdasarkan data Stockbit, Asabri memegang saham 17 emiten. Mayoritas harga saham tersebut longsor berkisar 50% sampai lebih dari 90%. Harga saham PT Pool Advista Indonesia Tbk yang dibeli Asabri pada 12 Desember 2017 bahkan anjlok 95,87%.
Asabri membeli saham berkode POOL ini sebanyak 176 juta lembar dengan harga Rp 3.780 per saham, sedangkan per 8 Januari 2020 harganya tersisa Rp 156 per saham.
Sementara itu, harga saham PT Hanson International Tbk yang merupakan portofolio saham terbesar Asabri turun 56,1% dari Rp 114 per saham pada 18 Desember 2017 menjadi Rp 50 per saham. Asuransi sosial ini menggenggam 4,7 miliar saham berkode MYRX tersebut.
Rincian perubahan harga saham 17 emiten dalam portofolio Asabri dapat dilihat dalam databoks di bawah ini.
(Baca: Investasi Saham Jeblok, Asabri Pastikan Pembayaran Klaim Masih Normal)
Manajemen Asabri pun membenarkan adanya penurunan pada nilai investasi portofolio saham. Namun, manajemen memastikan pembayaran klaim kepada nasabah hingga kini tetap berjalan dengan baik.
"Sehubungan dengan kondisi pasar modal di Indonesia, terdapat beberapa penurunan nilai investasi Asabri yang sifatnya sementara. Namun demikian, Manajemen Asabri memiliki mitigasi untuk me-recovery penurunan tersebut," tulis Manajemen Asabri dalam keterangan resminya, Senin (13/1).
Manajemen juga mengklaim sudah menerapkan tata kelola perusahaan yang baik atau GCG dan patuh pada peraturan perundang-undangan dalam menjalankan kegiatan usaha. Investasi juga dilakukan dengan mengedepankan kepentingan perusahaan sesuai dengan kondisi yang dihadapi.