Sepekan Menguat, Rupiah Akhir Pekan Melemah Tipis ke 13.645 per Dolar
Nilai tukar rupiah pada perdagangan sore ini, Jumat (11/1) turun 0,02% ke level 13.645 per dolar Amerika Serikat. Rupiah berbalik melemah setelah dibuka menguat pagi ini.
Mayoritas mata uang Asia turut melemah terhadap dolar AS. Mengutip Bloomberg, yen Jepang turun 0,05%, dolar Taiwan 0,01%, peso Filipina 0,22%, rupee India 0,2%, dan baht Thailand 0,12%.
Namun tak semuanya tumbang, dolar Hong Kong masih bisa menguat 0,04%, dolar Singapura naik 0,12%, won Korea Selatan melaju 0,16%, serta yuan Tiongkok dan Ringgit Malaysia perkasa masing-masing 0,32% dan 0,23%.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate atau JISDOR menempatkan rupiah di posisi Rp 13.648 per dolar AS, menguat 10 poin dari posisi kemarin.
(Baca: Sri Mulyani Sebut Kesepakatan Dagang AS-Tiongkok Beri Kepastian Global)
Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menuturkan, rupiah sedang berkonsolidasi saat ini setelah penguatan yang signifikan beberapa waktu terakhir. Rupiah sempat mendekati level support Rp 13.600 per dolar AS.
"Dan akan tetap demikian beberapa saat ke depan," ujar Lukman dalam pesan singkatnya kepada Katadata.co.id, Jumat (17/1).
Ia bahkan menyarankan Bank Indonesia bijaksana dan menahan penguatan rupiah lebih lanjut. Hal ini dinilai penting guna mencegah volatilitas rupiah ke depan.
(Baca: Jokowi Targetkan Badan Pengelola Investasi RI Raup Dana Rp 273 Triliun)
Lukman memperkirakan rupiah pada awal pekan depan akan kembali bergerak melemah seiring masih minimnya sentimen positif dari dalam negeri. Rupiah pekan depan diperkirakan bergerak di antara Rp 13.575 - 13675 per dolar AS.
"Namun, secara garis besar rupiah masih berpotensi untuk kembali menguat ke depannya," tutupnya.
Mengutip akun twitter resmi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, rupiah menunjukkan apresiasi sebesar 1,63% dari awal tahun hingga saat ini. Apresiasi ini lebih baik dibandingkan dengan Malaysia yang terapresiasi sebesar 0,7%, Vietnam terdepresiasi 0,01%, Thailand terdepresiasi 1,32%, dan Filipina terdepresiasi 0,07%