Saham Blue Chip Rontok, Karena Penyelesaian Pembubaran Reksa Dana?

Image title
31 Januari 2020, 22:06
saham blue chip rontok, ihsg turun, pembubaran reksa dana
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Monitor harga saham di Plaza Bank Mandiri, Jakarta. Harga saham-saham blue chip hari ini, Jumat (31/1), rontok sehingga IHSG pun anjlok 1,9%.

Saham-saham berkapitalisasi pasar besar alias blue chip rontok pada penutupan perdagangan Jumat (31/1). Kabar yang beredar, hal ini disebabkan force sell  karena hari ini merupakan penyelesaian transaksi (settlement) dari reksa dana yang dibubarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Seperti diketahui, pada November 2019 lalu OJK membubarkan enam produk reksa dana milik PT Minna Padi Aset Manajemen (MPAM), karena menawarkan imbal hasil pasti (fixed return) hingga 11% untuk periode investasi 6 - 12 bulan. Padahal, manajer investasi tidak boleh menjanjikan imbal hasil kepada investor reksa dana.

Advertisement

"(Bisa jadi) karena faktor force sell di pasar, karena ada reksa dana ada yang dibubarkan. Pemain buang barang," kata Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee kepada Katadata.co.id.

Rontoknya harga saham-saham blue chip membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini ditutup turun hingga 1,94% ke level 5.940,05. Adapun indeks LQ45 turun hingga 2,56%, indeks IDX30 turun 2,24%, dan indeks IDX80 turun 2,24%.

(Baca: Gara-gara Virus Corona, Dana Asing Lari Rp 1,85 T dan IHSG Rontok 1,9%)

Meski begitu, Kepala Riset Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menilai bahwa penurunan saham-saham blue chip pada perdagangan hari ini, bukan disebabkan oleh settlement pembubaran reksa dana.

Dia menjelaskan, memang OJK memberikan waktu selama 60 hari bursa atau setara hampir 3 bulan lamanya sejak November 2019 bagi perusahaan untuk membubarkan produk-produk reksa dana tersebut. "Jual (saham) yang likuid-likuid sudah dari Desember 2019 saat sedang naik. Sisanya saham gocap atau saham kurang laku," kata Wawan.

Alasan lainnya yaitu karena hari ini investor asing melakukan aksi jual saham di seluruh pasar dengan nilai bersih mencapai Rp 1,85 triliun. Namun Wawan menjelaskan bahwa transaksi yang dilakukan oleh perusahaan manajemen aset tidak tercatat sebagai net foreign sell. "Itu kan lokal," katanya.

Beberapa saham blue chip menjadi sasaran jual investor asing di antaranya Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 558,44 miliar, kemudian Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 264,12 miliar, Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 197,38 miliar, dan Astra International Tbk (ASII)  Rp 134,75 miliar.

(Baca: BEI: 29 Perusahaan Antre IPO, Mayoritas dari Sektor Properti)

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement