Produksi Tambang Freeport Turun, Ekonomi Papua Anjlok 15,72% pada 2019
Kegiatan pertambangan PT Freeport Indonesia berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Papua. Badan Pusat Statistik atau BPS mencatatat ekonomi Papua anjlok 15,72 % pada tahun lalu akibat penurunan produksi perusahaan tambang tembaga itu.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, penurunan pada perekonomian Papua terjadi karena ada pengalihan sistem tambang di Freeport. "Sehingga ada penurunan produksi," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (5/2).
Dampak penurunan aktivitas Freeport sudah terlihat pada ekonomi Papua sejak kuartal keempat 2018 yang mengalami kontraksi sebesar 17,95 %. Penurunan ekonomi berlanjut pada kuartal pertama 2019 sebesar 18,66 %, kuartal kedua sebesar 23,91 %, kuartal ketiga 15,05 %, dan kuartal keempat 3,73 %.
Adapun secara keseluruhan tahun 2019, ekonomi Papua anjlok 15,72 %. Kondisi ini berbalik dibanding 2018 yang tercatat tumbuh 7,33%.
(Baca: Makin Melambat, Ekonomi RI Kuartal IV 2019 Hanya Tumbuh 4,97%)
Dengan penurunan ekonomi Papua, pertumbuhan ekonomi untuk wilayah Papua dan Maluku turun 7,4 %. Padahal, pertumbuhan ekonomi di Maluku dan Maluku Utara masing-masing mencapai 5 dan 6,3 %.
"Dengan pertumbuhan ekonomi Maluku dan Maluku Utara yang cukup baik, Pulau Maluku dan Papua bisa memberi kontribusi sebesar 2,24% kepada Produk Domestik Bruto atau PDB Nasional tahun 2019," ucap dia.
Laju pertumbuhan Pulau Maluku dan Papua ini menjadi yang terburuk pada 2019. Sementara Pulau Sulawesi mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi mencapai 6,65 % di susul Pulau Jawa sebesar 5,52 %.
Kemudian Pulau Bali dan Nusa Tenggara sebesar 5,07 %, Pulau Kalimantan 4,99 %, dan Pulau Sumatera 4,57 %. Secara nasional, pertumbuhan ekonomi tahun lalu mencapai 5,02 %, melambat dibanding 2018.
(Baca: Ekonomi RI Tahun Lalu Tumbuh Terendah Sejak 2015, Berikut Faktornya)
Sebelumnya, PT Freeport merilis laporan kinerja perusahaan pada kuartal ketiga 2019. Dalam laporan tersebut, tercatat penjualan emas dan tembaga anjlok lebih dari 60 % dibandingkan periode sama tahun lalu.
Penjualan emas hanya mencapai 659 ribu ons, turun 68,62 % dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sedangkan penjualan tembaga turun 77,9% menjadi 464 ribu pond. Penurunan tersebut seiring dengan berkurangnya produksi sejak awal tahun ini. Total produksi tembaga 461 juta ponds atau turun 53,4 %, sedangkan produksi emas turun 69,1 % menjadi 2,08 juta ons.
Chief Executive Officer Freeport McMoran Richard C. Adkerson mengatakan anjloknya penjualan serta produksi disebabkan karena tambang Gresberg yang terletak di Timika, Papua tengah memasuki masa transisi dari tambang terbuka atau open pit menjadi tambang bawah tanah atau underground. Sejauh ini, penambangan bawah tanah telah memasuki tahap undercutting, konstruksi drawbell, dan ekstraksi bijih.