SKK Migas: Harga Minyak Turun Tak Ganggu Investasi Migas di Indonesia

Image title
6 Februari 2020, 18:35
skk migas, virus corona, harga minyak
Katadata
Ilustrasi, kegiatan eksplorasi migas. SKK Migas menyebut investasi hulu migas tak terganggu penurunan harga minyak. Namun, penyebaran virus corona dapat menganggu jumlah permintaan LNG Indonesia.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas Dwi Soetjipto menyatakan turunnya harga minyak akibat merebaknya virus corona tidak berpengaruh terhadap iklim investasi migas Indonesia. Sebab, harga minyak masih di atas US$ 40 per barel.

Dikutip dari Bloomberg pada Kamis (6/2) pukul 17.43 WIB, harga minyak jenis Brent untuk kontrak April 2020 bertengger di level US$ 55,45 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Maret 2020 mencapai US$ 51,26 per barel.

"Kalau harga minyak dunia turun sampai di bawah US$ 40 per barel, itu kan pasti berdampak pada orang berinvestasi," kata Dwi saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Kamis (6/2).

Biarpun begitu, Dwi menilai penyebaran virus corona yang masih berlangsung bisa berdampak pada kegiatan ekspor LNG. Sebab, permintaan dari industri di Tiongkok bakal turun.

"Kalau terjadi penurunan permintaan di Tiongkok dampaknya terhadap harga. Kalau harga turun, kaitannya dengan investasi migas," ujarnya.

(Baca: Kementerian ESDM Sebut Harga Batu Bara Naik Terdorong Isu Virus Corona)

SKK Migas pun telah mengantisipasi gangguan tersebut dengan mencari pembeli di luar Tiongkok atau menjualnya di pasar spot. Dengan begitu, produksi LNG dari Indonesia bisa terserap habis.

"Nanti kami dengan penjual akan diskusi, kemana bisa dialihkan kalau ada pembatalan pembelian kargo. Tapi kan mereka terikat dengan take or pay, jadi mudah-mudahan dari sisi revenue tidak ada masalah," ujar Dwi.

Hingga saat ini jumlah korban meninggal akibat wabah virus corona di Tiongkok sebanyak 563 orang. Sedangkan jumlah kasus terinfeksi mencapai 28 ribu orang.

Para ahli terus mengintensifkan upaya untuk menemukan vaksin virus tersebut. Virus mirip flu ini pertama kali diidentifikasi di ibu kota Wuhan, Provinsi Hubei dan diyakini berasal dari pasar makanan laut di kota itu.

Pemerintah Tiongkok telah mengisolasi Provinsi Hubei yang menjadi episentrum epidemi selama hampir dua minggu. Stasiun kereta api, bandara, dan akses jalanan ditutup.

Ratusan orang asing telah dievakuasi dari Wuhan dan ditempatkan di pusat karantina di seluruh dunia. Lebih dari dua lusin maskapai penerbangan telah menangguhkan atau membatasi penerbangan ke Tiongkok dan beberapa negara, termasuk Amerika Serikat melarang masuk warga negara asing yang baru berpergian dari Tiongkok.

Sedangkan pemerintah Hong Kong telah menyatakan semua pengunjung dari daratan Tiongkok akan dikarantina selama dua minggu. Sedangkan Taiwan memperpanjang larangan masuk bagi orang asing yang mengunjungi Tiongkok dalam 14 hari terakhir, termasuk pengunjung dari Hong Kong dan Makau.

Sejauh ini sudah ada dua kematian terjadi akibat virus corona di luar Tiongkok, yakni di Filipina dan Hong Kong. Kedua kematian itu melibatkan orang-orang yang pernah ke Wuhan. Selain itu, ada 260 kasus virus corona telah dilaporkan di 31 negara dan wilayah lain di luar Tiongkok.

(Baca: Pemerintah Pastikan Tak Batasi Pengiriman Kargo dari Tiongkok)

Reporter: Verda Nano Setiawan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...