Laba Bersih Melambat, Dividen Bank Mandiri Malah Naik Jadi Rp 16,5 T
PT Bank Mandiri Tbk membagikan dividen sebesar Rp 16,49 triliun atau 60% dari total laba bersih tahun lalu yang mencapai Rp 27,5 triliun. Padahal, emiten berkode BMRI itu hanya mencetak pertumbuhan laba 9,9% pada tahun lalu.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (19/2) diputuskan bahwa perusahaan membagikan dividen Rp 353,34 per unit saham. Besaran dividen yang dibagikan naik 47% dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun lalu, Bank Mandiri membagikan dividen Rp 11,2 triliun atau setara Rp 241 per saham.
Berdasarkan hal tersebut, pemerintah yang memiliki 28 miliar unit saham atau setara 60% dari emiten berkode BMRI itu mengantongi dividen Rp 9,89 triliun. Adapun, pembayaran dividen ini paling lambat dilaksanakan pada 20 Maret 2020. Meski begitu, Bank Mandiri menetapkan cum date pembayaran dividen ini pada 27 Februari 2020.
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan, penetapan besaran dividen telah memperhatikan kebutuhan likuiditas perseroan dalam mengembangkan bisnis dan memenuhi ketentuan terbaru regulator. "Serta sebagai bentuk apresiasi perseroan kepada pemegang saham atas kepercayaan dan dukungannya, sementara sisa 40% dari laba bersih 2019 akan digunakan sebagai laba ditahan," kata Royke usai RUPST.
(Baca: Laba Tiga Bank BUMN Tumbuh Melambat akibat Kredit Bermasalah)
Jika menelisik laporan keuangan tahun lalu, Bank Mandiri hanya mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 9,9% menjadi Rp 27,5 triliun. Pertumbuhan laba tersebut melambat dibanding 2018 yang mencapai 21,2%.
Hal ini disebabkan oleh penyaluran kredit perseroan yang melambat dari 12,4% menjadi 10,6%. Adapun penyaluran kredit sepanjang tahun lalu mencapai Rp 907,5 triliun. Margin bunga bersih atau NIM juga turun dari 5,66% menjadi 5,56%. Adapun pendapatan bunga bersih naik 8,8% menjadi Rp 59,4 triliun.
Perusahaan juga mencatatkan kualitas kredit membaik terlihat dari rasio kredit bermasalah atau NPL yang turun sebesar 42 bps tahun lalu menjadi 2,33%. Dampaknya, biaya pencadangan (CKPN) pun turun 14,9% menjadi Rp 12,1 triliun.
Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga atau DPK tercatat naik 10,97% menjadi Rp 933,1 triliun. Penopang pengimpunan DPK ini berasal dari tabungan yang tumbuh 5,01% mencapai Rp 315,9 triliun dan giro yang naik 23,5% menjadi Rp 236,4 triliun.
(Baca: Persaingan Makin Ketat, Bank Mandiri Target Kredit Hanya Tumbuh 10%)