BI Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Akibat Virus Corona
Bank Indonesia (BI) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,1-5,5% menjadi 5-5,4%. Penyebabnya, virus corona dinilai bakal berdampak ke perekonomian Tanah Air.
"Virus corona ini mempengaruhi perekonomian Indonesia melalui jalur pariwisata, perdagangan, dan investasi," kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (20/12).
Dari sisi pariwisata, wabah virus corona akan membuat Indonesia kehilangan devisa US$ 1,3 miliar. Hal ini seiring pelarangan penerbangan dari Tanah Air ke Tiongkok.
Sedangkan dari sisi perdagangan, Indonesia berpotensi kehilangan US$ 300 juta akibat gangguan logistik terhadap ekspor. Lalu, kerugian akibat hambatan logistik dari sisi impor mencapai US$ 700 juta.
(Baca: Tangkal Dampak Virus Corona ke Ekonomi, BI Pangkas Bunga Acuan 0,25%)
BI juga memperkirakan dana investasi dari Tiongkok menurun US$ 400 juta. "Pengurangan ini terutama pada kuartal I 2020," ujar Perry.
Selain itu, BI menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini dari 3,1% menjadi 3%. Namun, ekonomi dunia diprediksi tumbuh 3,4% pada 2021. Perkiraan ini meningkat dibanding sebelumnya 3,2%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga sempat mengatakan, wabah virus corona mulai berdampak terhadap perekonomian Indonesia. Hal itu tecermin dari perlambatan pertumbuhan penerimaan pajak.
Dilihat dari penerimaan bruto, realisasi pajak dari sektor perdagangan pada Januari 2020 mulai melambat. Realisasi pajak dari sektor itu hanya Rp 22,18 triliun. Pertumbuhannya melambat dari 8,4% pada Januari 2019 menjadi 2,6%.
"Perlambatan sektor perdagangan harus diwaspadai. Kemungkinan karena virus corona terutama paruh kedua Januari 2020," kata Sri Mulyani saat konferensi pers di kantornya, kemarin (19/2).
(Baca: Sri Mulyani Masih Kaji Insentif Pariwisata untuk Atasi Dampak Corona)
Selain sektor perdagangan, perlambatan pertumbuhan terlihat di industri pengolahan dari 5,4% pada Januari 2019 menjadi 4%. Begitu juga dengan sektor jasa keuangan dan asuransi, pertumbuhannya turun dari 30,5% menjadi 6,1%.
Bahkan, sektor pertambangan terkontraksi 27,3%. Sektor transportasi dan pergudangan juga turun 5,6%. Padahal, kedua sektor ini masih bisa tumbuh 37,3% dan 39,5% pada periode sama tahun lalu.
Karena itu, Sri Mulyani bakal terus menstimulus belanja dengan berbagai kebijakan. Caranya dengan menambah manfaat kartu sembako, memberi subsidi bunga perumahan dan diskon di sektor pariwisata, serta menggiatkan rencana kartu pra kerja.
Hal itu bertujuan meminimalkan dampak dari wabah virus corona ke perekonomian Indonesia. "Kami sedang finalkan semua ini sehingga bisa tahu berapa kebutuhan anggarannya dan akan segera diluncurkan," katanya.
(Baca: Pemerintah Bakal Tebar Diskon dan Insentif untuk Dongkrak Pariwisata)