Menhub Sebut Insetif Pariwisata Akan Diputuskan Senin Depan
Pemerintah bakal memutuskan insentif sektor pariwisata Senin (24/2) pekan depan. Insentif tersebut diberikan untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang kini jumlahnya menurun akibat penyebaran virus corona.
Adapun salah satu usulan insentif yang dipertimbangkan berupa potongan harga tiket ke beberapa destinasi wisata yang mengalami penurunan wisatawan. "Ada beberapa hal yang belum selesai, Senin akan kita laporkan ke presiden untuk difinalkan," kata Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi di Kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Kamis (20/2).
(Baca: Sri Mulyani Masih Kaji Insentif Pariwisata untuk Atasi Dampak Corona)
Menurutnya, insentif akan diberikan untuk penerbangan dalam negeri dan luar negeri. Namun, dia masih enggan menjelaskan mengenai detail insentif karena masih dikaji kementerian keuangan.
"Penurunan harga tiket diputuskan Senin, Menteri Keuangan yang tahu jumlahnya," kata Budi.
Dia menyatakan, pemerintah berupaya membantu sektor wisata yang terdampak, agar kesempatan bekerja sektor tersebut tetap terjaga.
Sebelumnya dikabarkan pemerintah berencana memberikan diskon tiket pesawat dan hotel kepada wisatawan mancanegara maupun domestik. Hal tersebut untuk mendongkrak sektor pariwisata yang sepi setelah mewabahnya virus corona.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan diskon yang diberikan 25 hingga 30 %. Diskon itu akan berlaku untuk sejumlah destinasi, seperti Bali, Kupang, Bintan, Batam, dan Sulawesi Utara.
Meski demikian, dia tak menutup kemungkinan diskon diberikan untuk destinasi lainnya, seperti Yogyakarta, Lombok, dan Labuan Bajo. Selain itu, pemerintah akan memberikan insentif untuk berbagai maskapai, baik BUMN maupun swasta.
(Baca: Pemerintah Bakal Tebar Diskon dan Insentif untuk Dongkrak Pariwisata)
Insentif tersebut berupa harga landing fee yang lebih murah. Pemerintah pun akan memberikan harga avtur yang lebih kompetitif. “Banyak sekali komponen untuk menyelamatkan industri pariwisata kita,” kata Wishnutama di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (17/2).
Wishnutama sebelumnya mengatakan Indonesia berpotensi kehilangan devisa US$ 4 miliar atau setara Rp 54,8 triliun dalam setahun. Itu lantaran pemerintah menutup penerbangan dari dan ke Tiongkok akibat wabah virus corona.
Nilai tersebut didapatkan dari jumlah wisatawan asal Tiongkok yang mencapai 2 juta orang dalam setahun. Wishnutama menyebut rata-rata pengeluaran per kunjungan atau Average Spending Per Arrival (ASPA) dari wisatawan asal Tiongkok mencapai US$ 1.400.
Total kerugian tersebut juga ditambah dampak dari penundaan wisatawan negara lain ke Indonesia karena khawatir tertular virus corona. “Hampir US$ 4 miliar dari (virus corona) Tiongkok saja,” katanya.