Menristek Targetkan Indonesia Tambah 3 - 5 Unicorn Tahun Ini
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro menargetkan ada tiga hingga lima perusahaan startup yang bakal menjadi unicorn pada 2020. Unicorn merupakan sebutan bagi startup bervaluasi lebih dari US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13,7 triliun.
“Dari tahun lalu sudah lima (unicorn). Tahun ini kami harap bisa ada tambahan tiga sampai lima lagi,” kata Bambang di Kota Kasablanka, Jakarta, Sabtu (22/2).
Tak hanya itu, dia juga berharap ada perusahaan startup lain yang naik status dari unicorn menjadi decacorn pada tahun ini. Decacorn merupakan sebutan bagi perusahaan rintisan bervaluasi lebih dari US$ 10 miliar atau sekitar Rp 137 triliun.
(Baca: OVO Tak Khawatir Meski Investasi ke Unicorn Turun)
Sejauh ini, Indonesia sudah memiliki empat unicorn, yakni Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dan OVO. Selain itu, Indonesia telah memiliki satu decacorn, yakni Gojek.
“Jadi intinya kami ingin mereka berkembang,” kata Bambang.
Menurutnya, startup yang berpotensi menjadi unicorn atau decacorn adalah perusahan yang mampu melayani keperluan spesifik, seperti di bidang edukasi dan kesehatan. Ini dikarenakan kebutuhan masyarakat Indonesia terkait keperluan spesifik tersebut semakin besar.
“Tampaknya yang kebutuhan spesifik ini akan jadi salah satu potential unicorn ke depan,” ujarnya.
Bambang juga menyebut target ini dipatok karena pemerintah ingin Indonesia bisa segera menjadi negara maju. Harapan tersebut tak bisa tercapai jika ekonomi Indonesia hanya berbasis pada sumber daya alam semata.
Untuk bisa menjadi negara maju, perekonomian Indonesia haruslah berbasis kepada inovasi. Hal tersebut dapat terwujud, salah satunya apabila semakin banyak startup unicorn dan decacorn tumbuh di dalam negeri.
“Masa depan Indonesia hanya bisa terjadi kalau kita bisa transformasi Indonesia dari negara berbasis sumber daya alam menjadi innovation driven economy,” kata dia.
(Baca: Target jadi Unicorn, Startup India yang Disuntik Gojek Cari Pendanaan)
Lebih lanjut, Bambang berharap semakin banyak para pelaku usaha yang mulai berbasis kepada teknologi digital. Dengan demikian, keinginan Indonesia mengembangkan unicorn dan decacorn akan semakin mudah tercapai ke depannya.
“Lima unicorn di Indonesia tak cukup membawa Indonesia menjadi negara maju. Kita butuh lebih banyak unicorn,” ujarnya.
Seeblumnya, Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) mengatakan, perusahaan rintisan dari tiga sektor berpeluang meraih status unicorn tahun ini. Ketiga sektor itu adalah teknologi finansial (fintech), kesehatan (healthtech), dan pendidikan (edtech).
“Ketiganya memiliki peluang yang masih besar untuk masuk ke stage unicorn,” kata Ketua Amvesindo Jefri R Sirait kepada Katadata.co.id, Kamis (9/1).
Jefri menjelaskan, salah satu startup pendidikan yang berpeluang menyandang status unicorn yaitu Ruangguru. Perusahaan rintisan ini baru saja mendapat pendanaan seri C senilai US$ 150 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun.
Investasi itu dipimpin oleh modal ventura asal Amerika Serikat (AS), General Atlantic dan GGV Capital. Secara keseluruhan, ketiga sektor itu berpotensi menjadi unicorn dilihat dari sisi kapabilitas, nilai investasi dan peluang pasarnya.
“Pasar masih luas dan itu membutuhkan inovasi yang dapat di-deliver oleh ketiganya,” kata Jefri.
(Baca: Pertumbuhan Investasi Startup Vietnam Tertinggi di Asia Tenggara)
Sementara Vice President Investment BRI Ventures William Gozali mengungkapkan, investor masih akan mengincar startup di bidang-bidang yang vertikal bisnisnya sudah matang.
“Karena tren industri tidak akan berubah dalam waktu yang sangat singkat,” kata dia kepada Katadata.co.id, akhir pekan lalu (3/1).
Sektor pendidikan dan kesehatan menurunya akan dilirik penanam modal, karena pemerintah menggelontorkan dana yang cukup besar untuk kedua pos keuangan ini. “Semakin banyak pemain baru bermunculan. Dua sektor ini (pendidikan dan kesehatan) memiliki pangsa pasar yang besar dan highly regulated. Jadi ini akan menjadi long-term play,” kata dia.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate bahkan berambisi besar mencetak startup dengan skala US$ 100 miliar (hectocorn).
Ia juga akan mendorong lahirnya startup-startup berstatus unicorn dan decacorn selama lima tahun ke depan. Sebab, menurut Johnny, kehadiran startup mampu mempercepat kesempatan ekonomi digital di Indonesia. Gambaran mengenai startup dunia ditampilkan dalam databoks berikut.