Virus Corona Masih Mewabah, Sri Mulyani: Defisit APBN Dapat Melebar

Agatha Olivia Victoria
26 Februari 2020, 12:47
virus corona, defisit anggaran, apbn,
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Defisit anggaran tahun ini diprediksi akan lebih besar dari yang ditargetkan dalam APBN 2020 seiring dengan disiapkannya stimulus fiskal untuk menangkal dampak virus corona terhadap ekonomi nasional.

Wabah virus corona, COVID-19 diperkirakan akan menekan pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan global, termasuk Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa dengan potensi pelemahan ekonomi global, defisit anggaran tahun ini diperkirakan akan lebih besar dari target APBN 2020.

"Jadi kalau ekonomi turun, penerimaan pajak lemah, kita memang harus siapkan diri untuk tingkatkan defisit. Mungkin akan lebih sedikit melebar dari yang ada di dalam undang-undang 1,76% terhadap PDB," kata Sri Mulyani dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (26/2).

Dia menjelaskan lebih lanjut, kemungkinan pelebaran defsisit dilakukan guna melaksanakan fungsi APBN yang countercyclical. Hal tersebut agar kebijakan fiskal yang digelontorkan pemerintah bisa mengelola perekonomian.

Sebaliknya, jika pemerintah justru mengencangkan ikat pinggang atau bersifat procyclical, perekonomian domestik akan semakin melemah. "Jadi kalau ekonomi lemah, saya tidak boleh lemah. Saya bebaskan. Kalau saya procyclical, saya tidak jadi menteri keuangan, tapi cheerleader," ujarnya.

(Baca: Virus Corona Meluas, Kurs Rupiah Terkoreksi Paling Dalam di Asia)

Meski begitu, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini belum bisa memastikan hingga level berapa defisit akan dilebarkan. Besaran pelebaran defisit anggaran akan dihitung sambil mempertimbangkan berbagai faktor. Pemerintah pun tengah menyiapkan stimulus untuk menangkal dampak virus corona terhadap perekonomian. 

Sebelumnya, Kementerian Keuangan mencatat defisit APBN pada Januari 2020 sebesar Rp 36,1 triliun atau 0,21% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai tersebut lebih kecil dari periode sama tahun lalu.

"Masih lebih kecil jika dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yakni Rp 45,1 triliun (0,28% terhadap PDB)," kata Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers APBN KiTa di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Rabu (19/2).

Belanja negara dan penerimaan negara tercatat mengalami penurunan. Namun, penurunan belanja negara lebih besar dibandingkan penerimaan negara sehingga defisit APBN mengecil.

(Baca: Pemerintah Siapkan Rp 4,7 Triliun Selamatkan Pariwisata dari Corona)

Secara rinci, belanja negara tercatat sebesar Rp 139,8 triliun turun 9,1% dibandingkan periode sama tahun lalu. Belanja negara terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp 71,4 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) sebesar Rp 68,4 triliun.

Di sisi lain, penerimaan negara tercatat sebesar Rp 103,7 triliun, atau turun 4,6% dari periode sama tahun lalu. Perolehan tersebut berasal dari penerimaan dalam negeri, yaitu penerimaan perpajakan Rp 84,7 triliun, dan penerimaan negara bukan pajak Rp 19 triliun.

Tahun ini, defisit APBN ditargetkan sebesar Rp 307,2 triliun atau 1,76% dari PDB. Target tersebut lebih rendah dari realisasi tahun lalu yang sebesar 2,2% terhadap PDB.

(Baca: Jokowi Godok Instrumen Fiskal Menangkal Dampak Ekonomi Virus Corona)

Reporter: Agatha Olivia Victoria

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...