ESDM: Tiga Proyek Pembangkit Panas Bumi Beroperasi Akhir 2020
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menargetkan tiga proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi atau PLTP beroperasi secara komersial atau commercial operation date pada akhir tahun ini. Tiga proyek tersebut, yakni PLTP Rantau Dedap dengan kapasitas 90 Megawatt (MW), PLTP Sokoria 5 MW dan PLTP Sorik Marapi unit dua 45 MW.
Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM Ida Nuryatin Finahari menjelaskan operasional ketiga PLTP tersebut akan menambah kapasitas listrik sebanyak 140 MW. Pada akhir tahun lalu, total kapasitas terpasang seluruh PLTP mencapai 2.130,6 MW.
"Ketiganya akan beroperasi sekitar November-Desember," ujar Ida kepada Katadata.co.id, Kamis (27/2).
Pada tahun lalu, terdapat tiga proyek PLTP yang beroperasi secara komersial. Proyek tersebut, yakni PLTP Lumut Balai Unit 1, PLTP Sorek Merapi Unit 1, dan PLTP Muaralaboh. Ketiga PLTP tersebut memiliki kapasitas 182,3 MW. Ketiga PLTP tersebut berkapasitas 182,3 MW.
(Baca: Cadangan Terbesar Dunia, Pertamina Genjot Pengembangan Panas Bumi)
Adapun PLTP Sokoria 1 di NTT berkapasitas 5 MW sebetulnya ditargetkan beroperasi pada 2019. Namun lantaran ada beberapa kendala, seperti pembangunan jaringan transmisi listrik yang belum rampung membuat rencana operasional proyek tersebut mundur ke tahun ini,
"Sokoria baru tahun ini akan COD. Belum selesai bangun jaringan transmisi listriknya," ujarnya.
Indonesia saat ini merupakan negara dengan potensi panas bumi terbesar ketiga di dunia. Dari potensi cadangan sebesar 25.300 MW, baru 2.000 MW yang berhasil dikembangkan menjadi listrik baru.
(Baca: PLN: Sistem Kelistrikan Jakarta dan Banten Telah Pulih setelah Banjir)
Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati sebelumnya menyebut pihaknya baru mengalola 1.877 MW. Perusahaan pelat merah tersebut masih menemui sejumlah tantangan dalam mengembangkan energi panas bumi. Salah satunya, kemampuan PLN dalam menyerap sumber energi tersebut.
"Ketika demand listrik ini turun, maka PLN menerapkan merit order. Jadi listrik yang termurah yang akan masuk sistem terlebih dahulu," kata Nicke.
Selain itu, harga listrik dari pembangkit panas bumi saat ini juga masih tergolong belum ekonomis. Hal ini lantaran sumber energi panas bumi rata-rata terletak di luar pulau Jawa.