Beberapa Proyek PLN Tertunda Karena Virus Corona
Kementerian Badan Usaha Milik Negara atau BUMN mengatakan beberapa proyek pembangkit listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN terganggu karena penyebaran virus corona. Biarpun begitu, pemerintah menyatakan hal itu tidak berpengaruh pada pasokan listrik ke masyarakat.
Staf ahli Menteri BUMN Mohamad Ikhsan menjelaskan pembangkit listrik PLN mengalami gangguan karena tidak ada tenaga kerja ahli yang berasal dari Tiongkok, tempat penyebaran virus Covid-19. Padahal, insinyur asal Tiongkok diperlukan dalam pengerjaan proyek pembangkit listirk.
"Di PLN ada yang delay, pembangkit kan banyak teknisi (asal Tiongkok). Kalau proses kirim, tidak ada persoalan, jalan semua," kata Ikhsan di Jakarta, Kamis (5/3).
Dia tidak merinci jumlah proyek PLN yang terdampak virus corona. Namun, Ikhsan memastikan pengaruhnya tidak banyak terhadap pasokan listrik ke masyarakat. Begitu pula dengan proyek listrik 35 ribu megawatt (MW) yang tak terpengaruh virus corona.
Sebaliknya, penundaan beberapa proyek tersebut justru menguntungkan bagi PLN karena saat ini terjadi kelebihan pasokan listrik. "Sekarang over supply. Ditunda enam bulan tunggu demand recover," katanya.
Tidak hanya itu, Ikhsan menyebut penundaan beberapa proyek pembangkit listrik, tidak akan membebani keuangan PLN. Pasalnya, investasi untuk proyek tersebut masih menjadi tanggung jawab produsen listrik swasta alias Independent Power Producer (IPP). "Selama belum commissioning, belum punya PLN," ujarnya.
(Baca: Demi Proyek 35 GW, Menteri ESDM: Jangan Bangun Sumber Listrik Sendiri)
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir keberatan dengan kebijakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang menggeser target penyelesaian proyek listrik 35.000 megawatt (MW) dari semula 2019 menjadi 2029. Erick menilai mega proyek listrik tersebut dapat diselesaikan dalam waktu satu atau dua tahun saja.
Erick pun telah urun rembug dengan para pejabat dari Kementerian Perindustrian dan Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) untuk memetakan kebutuhan listrik nasional.
"Kami bersepakat agar tidak ada penundaan. Bila ditunda jangan kelamaan. Toh Indonesia butuh listrik," kata Erick, saat ditemui di Kantor Kementerian BUMN, Jumat (21/2).
Dalam pertemuan tersebut Erick mengungkapkan bahwa industri membutuhkan pasokan listrik sebesar 2.200 MW. Ini menjadi peluang penyerapan listrik dari proyek 35.000 MW.
Hingga pertengahan Juni 2019, Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM mencatat pembangkit listrik yang telah beroperasi komersial (COD) baru mencapai 10% atau sebesar 3.617 MW.
Meski pertumbuhan kebutuhan listrik belum sesuai target, konsumsi listrik tiap tahunnya selalu meningkat. Pada 2015 konsumsinya baru 910 kilowat jam (kWh) per kapita. Kemudian meningkat menjadi 1.084 kWh/kapita pada 2019.
(Baca: PLN Cari Dana Rp 400 Triliun untuk Investasi Infrastruktur hingga 2024)