Black Monday 9 Maret yang Dibayangi Sejarah Kejatuhan Bursa Dunia
Senin kelabu alias Black Monday, julukan yang disematkan oleh pelaku pasar atas fenomena rontoknya indeks perdagangan di pasar modal global, Senin (9/3) kemarin. Indeks harga saham gabungan atau IHSG anjlok 6,58% ke 5.136.
Kondisi serupa terjadi pada indeks utama di kawasan Asia, Eropa, dan Amerika. Penyebabnya, pelaku pasar panik dengan turunnya harga minyak dan penyebaran virus corona.
Fenomena Black Monday ini mengingatkan pada kejadian serupa di Wall Street, 19 Oktober 1987. Perdagangan hari itu menjadi yang terburuk dalam sejarah A.S.
Kala itu, Dow Jones Industrial Average terjun bebas hingga 22,6%. Indeks S&P 500 yang menjadi saham di Amerika Serikat (AS) merosot 20,5% atau lebih dari 520 poin dan Nasdaq turun 11,4% atau setara dengan penurunan sebesar 750 poin.
(Baca: Pasar Saham yang Tergelincir Minyak dan Terinfeksi Virus Corona)
Tahun 1987 sebenarnya terbilang moncer. Harga saham di AS terus meningkat sepanjang tahun, dengan tiga indeks utama AS mencapai rekor tertinggi pada akhir Agustus. Namun, pada September, masing-masing indeks mulai turun sekitar 2%. Penurunan ini belum membuat investor panik.
Memasuki bulan Oktober, penjualan di pasar ekuitas AS semakin meningkat. Dow Jones Industrial Average dan indeks S&P 500 sempat turun lebih dari 9% dalam sepekan sebelum Black Monday.