CSIS: Lockdown Buruk Bagi Ekonomi dan Tak Efektif Cegah Sebaran Corona

Dimas Jarot Bayu
19 Maret 2020, 10:28
Warga beraktivitas di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (15/3/2020). Pemprov DKI Jakarta meniadakan kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) untuk dua minggu kedepan yakni tanggal 15 dan 22 Maret 2020 sebagai upaya pencegahan penyebaran virus Corona
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/ama.
Warga beraktivitas di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (15/3/2020). Pemprov DKI Jakarta meniadakan kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) untuk dua minggu kedepan yakni tanggal 15 dan 22 Maret 2020 sebagai upaya pencegahan penyebaran virus Corona atau COVID-19.

Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menilai karantina wilayah (lockdown) Jakarta bukanlah kebijakan yang tepat menangani penyebaran virus corona.

CSIS jutsru menilai wacana tersebut bisa menurunkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 0,5% jika dilakukan selama dua pekan.

Advertisement

“PDB tahunan Indonesia akan bekurang 1% jika (lockdown) berlangsung selama sebulan,” ujar Kepala Departemen Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri dalam artikelnya berjudul ‘Tepatkah Lockdown dalam Menghadapi Covid-19?’ yang dirilis Senin (16/3).

Menurut Yose, wacana lockdown dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi, karena tindakan tersebut biasanya disertai penghentian aktivitas kebanyakan pekerja. Menurutnya, meski sebagian pekerjaan dimungkinkan dilakukan secara virtual, namun 80% aktivitas kerja masih tetap membutuhkan lalu lintas manusia dan pertemuan.

“Apalagi mengingat bahwa perekonomian Jakarta menyumbang sekitar 25% PDB nasional dan menentukan lebih dari 60% perekonomian nasional,” kata Yose.

(Baca: Mendagri Ingatkan Anies: Lockdown Wewenang Presiden karena 7 Faktor)

Yose menyebut penurunan ini baru dihitung berdasarkan kegiatan di sektor riil saja dan belum memperhitungkan dampaknya secara keuangan, serta efek psikologis dari lockdown. Jika dua hal tersebut ikut dihitung, ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat menjadi lebih terpuruk.

“Apalagi jika kita memperhitungkan dampak distribusi dari tindakan ini yang tentunya akan lebih banyak ditanggung oleh kelas menengah bawah, oleh mereka yang masih memerlukan banyak kegiatan ekonomi langsung dan tatap muka,” kata Yose.

Tanpa adanya lockdown, Yose menilai perekonomian Indonesia masih harus menghadapi situasi ekonomi global yang melemah. Hal tersebut diperkirakan dapat menurunkan ekonomi Indonesia hingga 1% dari PDB.

“Singkatnya tindakan lockdown dan restriksi kegiatan akan membawa konsekuensi ekonomi yang tidak sedikit. Bukan hanya untuk wilayah Jakarta, tetapi juga untuk perekonomian secara nasional,” kata Yose.

Lockdown Tak Efektif Tekan Penyebaran Virus Corona

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement