Sempat Jatuh ke Level 3.000, Bursa Indonesia Sesi I Terburuk di Asia
Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I akhir pekan ini, Jumat (20/3), turun 70,43 poin atau 1,72% ke level 4.034,99. Adapun IHSG di awal perdagangan sempat terperosok ke level 3.000, tepatnya 3.918,34 hanya 5 menit setelah pasar saham dibuka.
Kinerja IHSG berkebalikan dengan bursa saham Asia lainnya yang mayoritas bergerak di zona hijau. Juga bursa saham Amerika Serikat (AS) di Wall Street, New York, yang mengakhiri perdagangan Kamis (19/3) di teritori positif.
Hingga berita ini ditulis, indeks Kospi Korea Selatan memimpin kebangkitan bursa Asia dengan naik 5,33%, kemudian PSEi Filipina naik 3,36%, KLSE Malaysia dan Hang Seng naik 3,01%, Shanghai Composite naik 0,39%, sedangkan Straits Times naik 0,11%.
Sedangkan tiga indeks utama di AS berbalik naik setelah kemarin terkoreksi dalam. Indeks Dow Jones naik 0,95%, S&P 500 naik 0,47%, dan Nasdaq naik 2,3%.
(Baca: IHSG Pagi Ini Terperosok Masuk ke Level 3.000)
Adapun bangkitnya bursa saham Asia lantaran pasar mulai merespon positif kebijakan stimulus berbagai negara di dunia untuk meredam dampak pandemi corona terhadap perekonomian.
Seperti Tiongkok yang akan menggelontorkan 4 triliun yuan atau sekitar Rp 9.077 triliun untuk mendorong perekonomiannya yang diprediksi akan terkontraksi untuk pertama kalinya dalam 40 tahun terakhir.
Sedangkan pemerintah AS tengah memperjuangkan stimulus senilai US$ 1 triliun atau sekitar Rp 16.070 triliun, yang salah satunya akan diberikan secara langsung kepada warga AS dan pelaku usaha kecil.
“Pasar saham merespon positif kecepatan dan agresivitas berbagai negara untuk meredam dampak ekonomi dari virus corona yang menebar harapan adanya pemulihan yang cepat,” kata analis NAB Ray Attrill, seperti dikutip Reuters, Jumat (20/3).
(Baca: IHSG Diramal Tutup Pekan di Zona Merah, Pantau Saham Bank dan Konsumer)
Meski demikian dia menilai masih ada sedikit keraguan di antara pelaku pasar yang membuat tekanan jual berlanjut di pasar saham, beralih ke instrumen dolar untuk melindungi aset-asetnya dari tekanan yang lebih besar.
Adapun total transaksi di pasar saham domestik sepanjang sesi I mencapai 3,2 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 4,12 triliun. Sebanyak 285 saham turun, namun ada 87 saham yang naik. Sedangkan selebihnya tidak bergerak alias stagnan.
Koreksi indeks dalam negeri juga diperparah dengan dana asing yang terus mengalir keluar mencapai Rp 325,2 miliar. Setelah kemarin saham Bank Central Asia menjadi sasaran jual investor asing, kali ini Bank Rakyat Indonesia dijual hingga Rp 178,8 miliar.
(Baca: IHSG Rontok 5,2%, Investor Asing Jual Saham BCA Lebih Rp 500 Miliar)
Meski indeks masih terkoreksi, beberapa saham dari indeks LQ45 berhasil menjadi top gainers di pasar. Seperti Adaro Energy (ADRO) naik 7,75%, Surya Citra Media (SCMA) 6,3%, Telekomunikasi Indonesia (TLKM) 5,73%, United Tractors (UNTR) 3,37%, Bukit Asam (PTBA) 2,69%, dan Sampoerna (HMSP) 2,6%.
Sementara itu dua emiten pelat merah memimpin di pasar yakni Indofarma (INAF) yang melejit 15,62%, dan Kimia Farma (KAEF) naik 9,17%.