Sebut Rapid Test Tak Efektif, Eijkman Sarankan Pemerintah Gunakan PCR

Cindy Mutia Annur
27 Maret 2020, 18:57
Ilustrasi, sejumlah tenaga medis mempersiapkan pelaksanaan rapid test di Puskesmas Abadijaya, Depok, Jawa Barat, Jumat (27/3/2020). Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengatakan metode pemeriksaan virus corona lebih efektif menggunakan metode molekuler ata
ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/foc.
Ilustrasi, sejumlah tenaga medis mempersiapkan pelaksanaan rapid test di Puskesmas Abadijaya, Depok, Jawa Barat, Jumat (27/3/2020). Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengatakan metode pemeriksaan virus corona lebih efektif menggunakan metode molekuler atau PCR, ketimbang rapid test.

Metode rapid test yang dijalankan pemerintah untuk pemeriksaan virus corona, dipandang Lembaga Biologi Molekuler Eijkman tidak efektif.

Menurut Eijkman, pemeriksaan virus corona melalui metode molekuler alias Polymerase Chain Reaction (PCR), lebih efektif daripada rapid test serologi. Alasannya, tes PCR memiliki keunggulan berupa tingkat akurasi yang lebih tinggi daripada metode pemeriksaaan lainnya.

Wakil Kepala Eijkman Profesor Herawati Sudoyo mengatakan, ada beberapa metode pemeriksaan virus corona untuk mendeteksi patogen. Tingkatan berdasarkan akurasinya secara berturut-turut yakni, tes PCR, tes kultur dan rapid test.

Herawati berpendapat, pemeriksaan metode molekuler seharusnya jadi pilihan utama, karena tingkat akurasinya dapat mendeteksi ada atau tidaknya virus di dalam sel pada tubuh kita.

"Karena dengan PCR, yang diperiksa itu adalah virusnya sendiri," ujar Herawati kepada Katadata.co.id, Jumat (27/3).

Metode selanjutnya yang diklaim Eijkman lebih efektif dibanding rapid test adalah, tes kultur darah atau pembiakan mikroorganisme. Metode ini menurut Herawati lebih efektif karena, mendeteksi adanya bakteri, jamur, parasit, atau virus di dalam darah.

Sedangkan, rapid test merupakan metode pemeriksaan pasien berdasarkan deteksi zat antibodi untuk mengetahui apakah pasien pernah 'berkontak' atau tidak dengan virus tersebut.

(Baca: Pemprov DKI Jakarta Prioritaskan Rapid Test untuk Tenaga Medis)

"(Rapid test) itu pun sifatnya cuma screening, sedangkan tes PCR kita bisa tahu, apakah kita positif terhadap virus itu atau tidak," ujar Herawati.

Namun, tes PCR membutuhkan proses waktu yang cukup ketat dan kemungkinan akan menjadi kurang efektif, apabila dilakukan dengan jumlah sampel yang cukup banyak. Apalagi, menurut Herawati, satu tes PCR biasanya membutuhkan waktu sekitar delapan jam.

Ia menjelaskan, di Eijkman, tes PCR perlu dilakukan di laboratorium dengan tingkat keselamatan biologi atau biosafety level 3, sehingga memiliki proteksi cukup tinggi untuk menghindari adanya penyebaran virus. Namun, menurutnya, laboratorium di luar Eijkman dapat melakukan tes PCR di biosafety level 2.

Halaman:
Reporter: Cindy Mutia Annur
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...