Meski Disanksi AS, Huawei Raup Pendapatan Rp 1.710 Triliun pada 2019
Raksasa teknologi asal Tiongkok Huawei mencatatkan pendapatan pada tahun lalu mencapai 858,8 miliar yuan atau sekitar Rp 1.710 triliun dengan asumsi kurs tengah BI Rp 1.990,8 per yuan. Pendapatan tersebut tumbuh 19,1% di banding tahun sebelumnya meski perusahaan tengah terkena sanksi Amerika Serikat.
Berdasarkan laporan tahunan perusahaan, Huawei berhasil mencatatkan keuntungan bersih sebesar 62,7 miliar yuan atau sekitar Rp 124,8 triliun. Sedangkan arus kas dari kegiatan operasional melampaui 91,4 miliar yuan, naik 22,4% dibanding tahun sebelumnya.
"2019 menjadi tahun yang luar biasa bagi Huawei," ujar Rotating Chairman Huawei Eric Xu dalam siaran pers pada Selasa (31/3).
Sanksi yang diberikan AS kepada Huawei pada tahun lalu menyebabkan produk telepon pintarnya tak dapat menggunakan perangkat teknologi produksi Negeri Paman Sam itu, seperti Google. Meski begitu, sanksi itu belum begitu berdampak karena perangkat teknologi asal AS masih bisa dipakai di sejumlah produk Huawei yang telah dirilis sebelumnya.
(Baca: Huawei Gandeng Bank Rusia, Xiaomi, OPPO, dan Vivo untuk Lawan AS)
Raksasa teknologi Tiongkok itu pun berhasil menjual 240 juta unit ponsel pintar pada tahun lalu. Namun, dampak sanksi AS diperkirakan akan dirasakan perusahaan pada tahun ini.
Dikutip dari Arstechnica, pelanggan Huawei di Eropa akan mempertimbangkan untuk beralih ke produk lain karena Huawei tidak didukung Google. Ponsel pertama Huawei yang tidak didukung Google yaitu Mate 30 Pro yang dijual dengan harganya sekitar US$ 1.200 atau Rp 19,2 juta menggunakan kurs Rp 16 ribu per dolar AS.
"Dengan harga seperti itu, konsumen akan jauh lebih banyak menuntut," dikutip dari Arstechnica, beberapa waktu lalu (10/3).
Belum lagi dampak dari pandemi corona diperkirakan membuat penjualan Huawei menurun. Dikutip dari The Information, penjualan ponsel Huawei diproyeksi turun 20% tahun ini.
The Information mengetahui proyeksi penurunan penjualan ponsel itu dari laporan internal perusahaan yang beredar terbatas untuk para pimpinan di divisi consumer electronics pada Januari lalu. Penurunan secara tahunanini merupakan yang pertama kali dalam sejarah perusahaan.
(Baca: Bisnis Ponsel Tertekan Corona & Sanksi AS, Huawei Rambah Mobil Otonom)
Jika benar penurunan sampai 20%, maka penjualan perangkat handset Huawei hanya akan mencapai sekitar 190 juta tahun ini. "Ke depan, tantangan dari luar akan semakin kompleks," ujar Xu dalam siaran pers pada Selasa (31/3).
Pada 2019, sebagian besar pendapatan Huawei ditunjang oleh sektor bisnis konsumer. Pendapatan dari sektor itu mencapai 467,3 miliar yuan, meningkat sebesar 34% dibandingkan tahun sebelumnya.
Di bisnis operator telekomunikasi, Huawei mengantongi pendapatan sebesar 296,7 miliar yuan, hanya tumbuh 3,8%. Perusahaan ini kini tengah bersaing mengembangkan jaringan 5G melalui kolaborasi dengan operator-operator telekomunikasi di seluruh dunia.
Huawei juga memberikan solusi Base Transceiver Station (BTS) RuralStar untuk menjangkau layanan di daerah-daerah terpencil. Solusi itu telah digunakan di lebih dari 50 negara dan kawasan.
Sementara pada bisnis enterprise, Huawei mendapatkan pendapatan penjualan sebesar 89,7 miliar yuan, naik 8.6% dibanding 2018. Secara global, terdapat lebih dari 700 kota dan 228 perusahaan yang kini menjadi pelanggan Huawei.