Masih Dipengaruhi Pandemi Corona, IHSG Diprediksi Melemah
Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (2/4) diprediksi bergerak melemah, dipengaruhi kekhawatiran investor terkait pandemi corona.
Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan memprediksi indeks akan melemah dengan support pertama di level 4.398, sementara support kedua berada di level 4.331. Sedangkan, untuk level resistance, Denies memprediksi berada di rentang 4.580 hingga 4.695.
Menurutnya, kekhawatiran investor akibat penyebaran virus corona, masih akan membayangi pergerakan. "Investor juga akan menanti beberapa data perekonomian baik dalam dan luar negeri yang akan segera dirilis," kata Dennies dalam risetnya.
Dennies menjelaskan, bahwa pihaknya saat ini tidak memberikan rekomendasi beli. Pasalnya, kondisi market masih sangat volatil dan masih ada potensi melanjutkan pelemahan.
Senada dengan Dennies, analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama juga memprediksi IHSG melemah hari ini. "Ada potensi koreksi lanjutan pada pergerakan IHSG, sehingga berpeluang menuju ke area support," katanya.
(Baca: Sempat Naik Tinggi, IHSG Turun 1,6% karena Aksi Ambil Untung Investor)
Secara teknikal, Nafan memproyeksi IHSG akan menguji support pertama di level 4.397,44 dan support kedua di level 4.304,7. Sementara, untuk level resistance, ia memprediksi berada di rentang 4.529,48 hingga 4.697,67.
Meski ada potensi pelemahan, Nafan merekomendasikan sejumlah saham yang dapat menjadi pertimbangan investor, antara lain PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA).
Potensi pelemahan IHSG juga diutarakan analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi. Menurutnya, pelemahan IHSG pada hari ini disebabkan karena pasar sudah masuk jenuh beli. Secara teknikal, ia memperkirakan IHSG melemah dengan rentang support dan resistance 4.340-4.590.
"Selanjutnya investor akan terus memantau perkembangan kasus pandemi di Amerika Serikat (AS) dan kebijakan-kebijakan lain dari pemberi kebijakan dalam memerangi dampak sistemik," katanya.
(Baca: Tekanan Bursa Saham Imbas Corona Dinilai Lebih Berat dari Krisis 2008)