Jokowi Minta Tes PCR untuk Corona Capai 10 Ribu Sampel Sehari
Indonesia masuk dalam daftar negara dengan tingkat pengetesan virus corona terendah di dunia. Presiden Joko Widodo meminta pemeriksaan Covid-19 dengan metode polymerase chain reaction atau PCR dapat dipercepat dan diperluas.
"Saya ingin tes PCR ini betul-betul bisa diperluas jangkauannya," kata Jokowi saat membuka rapat terbatas melalui konferensi video dari Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/4).
Ini juga dilakukan demi mengurangi tumpukan pemeriksaan sampel, terutama dari daerah-daerah yang menjadi episentrum penyebaran corona.
Jokowi mengatakan, jumlah pemeriksaan menggunakan metode PCR saat ini sudah lebih banyak ketimbang awal corona mewabah di Indonesia. Dulu, pemeriksaan PCR hanya berada di tiga tempat, yakni Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan atau Balitbangkes Kementerian Kesehatan, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Institute, dan Universitas Airlangga.
(Baca: Turis Mulai Masuk, Tiongkok Laporkan Kenaikan Pasien Corona Tertinggi)
Saat ini, pemeriksaan corona dengan metode PCR dapat dilakukan di 29 dari 78 laboratorium yang telah disiapkan pemerintah. Dari 29 laboratorium tersebut, Jokowi menyebut ada 26.500 sampel yang telah diperiksa menggunakan PCR hingga hari ini.
"Ini juga lompatan yang baik, tapi saya ingin setiap hari paling tidak bisa mengetes lebih dari 10 ribu," kata Jokowi.
Ia pun mengapresiasi pengadaan 18 detektor PCR cepat bernama Lightcycler dan dua alat ekstraksi RNA otomatis bernama Magna Pure 96 oleh Kementerian BUMN. Alat-alat tersebut merupakan produksi perusahaan farmasi asal Swiss, Roche.
(Baca: Pemprov Banten Bahas Teknis PSBB di Tiga Wilayah Tangerang Hari Ini)
Alat tersebut saat ini sudah bisa terpasang pada pekan ini. Dengan demikian, kapasitas pemeriksaan corona dengan metode PCR dapat diperluas dan dipercepat.
Sebab, alat-alat tersebut dapat memeriksa 500 sampel dengan metode PCR setiap harinya. "Kalau 18, berarti per hari bisa mengetes 9.000 PCR per hari. Ini sangat baik," kata Jokowi.