Resmi Setop Dana ke WHO, Ini Kontroversi Trump Lain Terkait Covid-19

Image title
15 April 2020, 12:04
Joshua Roberts Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengerutkan mulutnya saat mendengar sebuah pertanyaan dalam arahan singkat harian satuan tugas virus korona (COVID-19) di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, Sabtu (4/4/2020).
ANTARA FOTO/REUTERS/Joshua Roberts/aww/cf
Joshua Roberts Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengerutkan mulutnya saat mendengar sebuah pertanyaan dalam arahan singkat harian satuan tugas virus korona (COVID-19) di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, Sabtu (4/4/2020).

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menghentikan smentara pendanaan untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sampai waktu yang belum ditentukan. Ancaman ini disampaikan Trump dalam konferensi pers  di gedung putih hari ini (15/4). Ia menyatakan langkah ini akan diambil lantaran WHO menutupi dampak serius virus Corona di Tiongkok sebelum menyebar ke seluruh dunia.

“Saya memerintahkan  administrasi saya untuk menghentikan pendanaan, sementara penilaiaan terhadap WHO yang salah urus dan menutupi penyebaran virus corona dilakukan," kata Trump seperti dalam video yang diunggah akun resmi Gedung Putih. 

Tak sekadar menuduh WHO abai memperingatkan dampak Corona secara global, Trump pun menyebut WHO bias ke Tiongkok dalam menangani pandemi ini. Sehingga, menurutnya, negara-negara lain telat untuk mengambil tindakan dalam mencegah dampak virus bernama resmi Covid-19.

Trump menilai, seandainya WHO lebih cepat melakukan observasi objektif terkait virus Corona di Tiongkok, maka dampaknya tak akan seburuk sekarang sebab sumber utamanya bisa diatasi. Mengingat menurutnya pemerintah Tiongkok kurang transparan terkait virus ini.

“Ini akan menyelamatkan ribuan nyawa dan menghindari kerugian ekonomi di seluruh dunia,” kata Trump.

(Baca: Menilik Penyebab Kasus Kematian Virus Corona di AS Terbanyak di Dunia)

Selama ini Amerika Serikat menjadi negara donor terbesar WHO. Dana yang disumbangkan negara Paman Sam pada 2019 sebesar US$ 500 juta. Angka ini 10 kali lipat dari sumbangan Tiongkok yang sebesar US$ 48 juta.

Dengan sumbangan sebesar itu, Amerika Serikat berkontirbusi 15% dari seluruh sumbangan yang diterima WHO. Di bawah AS ada Bill and Melinda Gates yang mencapai 10% dari seluruh pendanaan. Sementara negara lain yang memberikan dana sukarela pada 2019 adalah Inggris sebesar 7,8% dan Jerman sebesar 5,7%.

Menanggapi keputusan Trump, Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dilansir Fox News memperingatkan agar Presiden Amerika Serikat tak mempolitisasi virus Corona. Sebab, menurutnya, langkah itu hanya akan menimbulkan banyak korban.

Dari catatan kami WHO memang tak seperti yang dituduhkan Trump. WHO telah memperingatkan bahaya Corona sejak penyebaran terjadi di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada akhir tahun lalu. Mereka menyatakan virus Corona bisa sangat berbahaya karena belum diketahui jenisnya. Dari penelitian lanjutan, WHO pun segera memberitahukan bahwa Corona memiliki kesamaan dengan SARS yang pernah menjadi epidemi pada 2003.

Pada 14 Januari atau selang lebih kurang sebulan dari kemunculan virus Corona di Tiongkok, WHO mengumumkan kasus pertama di luar negeri Tirai Bambu. Meskipun WHO belum bisa memastikan ada bukti kuat penyebaran virus ini antar manusia.

Sampai akhirnya pada 12 Maret WHO menetapkan Corona sebagai pandemi global akibat penyebarannya yang meluas ke pelbagai penjuru dunia. Peringatan pencegahan dan pelbagai protokol keselamatan kemudian gencar dipublikasi WHO melalui situs resminya. Termasuk melawan berita bohong yang tersebar seputar virus Corona.

Namun, Trump memang bukan kali ini saja mengeluarkan pernyataan kontroversial. Ia sudah melakukannya sejak awal masa pandemi dan cenderung mengabaikan saran para pakar. 

(Baca: Beda Cara AS dan Rusia Cegah Persebaran Virus Corona)

Menyepelekan Corona

Pada 22 Januari atau dua hari setelah virus Corona pertama kali dilaporkan di Amerika Serikat, Trump dalam wawancara dengan CNBC menyepelekan dampak virus ini. “Kami benar-benar siap menangani (Corona),” kata dia seolah virus ini bukan ancaman berbahaya bagi penduduk negerinya.

Kini, tiga bulan sejak Trump mengeluarkan pernyataan itu, Amerika Serikat mejadi negara dengan jumlah korban positif Corona terbanyak di dunia. Data John Hopkins University and Medicine terbaru (15/4) menyatakan 609 ribu lebih orang terinfeksi Corona di Amerika Serikat. 26 ribu lebih di antaranya meninggal dunia. Kasus meninggal terbanyak berada di New York dengan 7.905 orang.

Sampai saat ini, Amerika Serikat telah melakukan lebih dari 3 juta tes Corona. Terbanyak dilakukan di New York sebagai kota paling terdampak, yakni 499,143 orang telah dites.

(Baca: Luhut Disorot Bandingkan Kematian Covid-19 di Indonesia dengan AS)

Menyebut Corona Sebagai “Virus China”

Pada 17 Maret, Trump menyebut virus Corona sebagai “virus China”. Pernyataan ini disampaikan Trump melalui akun twitter pribadinya. Dalam cuitannya, mulanya ia meminta kepada penduduk Amerika Serikat agar menjaga diri dan bahu membahu melawan virus Corona. “Bersama kita akan kuat dan mengatasi virus ini,” katanya.

Sebutan “virus China” muncul di cuitan selanjutnya yakni, “Amerika Serikat akan mendukung industri, seperti maskapai penerbangan dan lainnya, yang sangat terpengaruh oleh virus China.”

Pernyataan Trump tersebut memantik kontroversi lantaran dianggap rasis dan tak memiliki empati kepada korban virus Corona di Tiongkok dan wilayah dunia lainnya. Pemerintah Tiongkok pun merespons ucapan Trump dengan menuduh balik Amerika Serikat yang menyebarkan virus Corona ke negerinya. Sebab, menurut mereka, pasien nomor nol ternyata bukan berasal dari Tiongkok.

Alih-alih menarik omongannya, Trump justru membela diri dengan menyatakan pemerintah Tiongkok telah asal menuduh negaranya sebagai penyebar virus Corona. “Daripada harus berargumen, lebih baik saya mengatakan asal wabah itu dari mana, yaitu China,” kata Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, sehari setelah ucapannya menjadi kontroversial.

(Baca: Kasus Positif Corona AS 600 ribu, Trump Ancam Lagi Tarik Dana di WHO)

Menyebut Klorokuin Bisa Obati Corona

Selanjutnya, adalah Trump menyebut klorokuin sebagai obat yang mampu menyembuhkan Corona. Hal ini dikatakan Trump di pekan sama dengan saat ia menyebut Corona sebagai “virus China” dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih. Ia bahkan mengklaim badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) telah menyetujui penggunaan klorokuin sebagai obat Corona.

Akan tetapi, bukannya menyembuhkan malah klorokuin membuat sepasang suami istri di Arizona keracunan. Melansir Forbes, si suami yang berusia 68 tahun meninggal setelah mengonsumsi obat tersebut dalam jumlah kecil. Sementara istrinya mesti mendapat perawatan intensif karena efek yang dideritanya usai meminum klorokui. Si istri yang berusia 61 tahun menyatakan, keputusannya meminum klorokuin bersama suaminya diambil setelah mendengar ucapan Trump.

Belakangan, FDA melalui komisionernya Dr. Stephen M. Hahn membantah pernyataan Trump bahwa pihaknya telah mengeluarkan izin penggunaan klorokuin sebagai obat Corona. Seperti dilansir New York Times, ia menyatakan keberhasilan klorokuin dalam menyembuhkan Corona masih sebatas uji laboraturium belum uji klinis.

(Baca: Krisis Pangan Dunia Menghantui Indonesia)

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...