Belva, Andi dan Billy, Kontroversi 3 Stafsus Milenial Jokowi
Di tengah situasi pandemi Covid-19, tiga staf khusus milenial Presiden Joko Widodo tiba-tiba menjadi sorotan. Ketiganya adalah Andi Taufan Garuda Putra, Adamas Belva Syah Devara dan Gracia Josaphat Jobel Mambrasar atau yang lebih akrab dengan sebutan Billy Mambrasar.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Andi Taufan, Amartha dan Virus Corona
Sebelum dilantik sebagai Stafsus Jokowi, Andi Taufan Garuda Putra adalah CEO Amartha. Amartha adalah sebuah perusahaan financial technology (fintech) yang berfokus menyalurkan kredit secara komunal bagi perempuan di pedesaan.
(Baca: Profil Andi Taufan Garuda Putra, CEO Amartha yang Jadi Stafsus Jokowi)
Kontroversi bermula saat Andi, sebagai Stafsus, menulis surat yang ditujukan kepada camat di seluruh Indonesia. Surat itu berisi komitmen Amartha, perusahaan yang dipimpinnya, untuk turut program Relawan Desa Lawan Covid-19 yang diinisiasi oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Surat dengan nomor 003/S-SKP-ATGP/IV/2020 tertanggal 1 April itu menjelaskan bahwa petugas lapangan Amartha akan turut memberikan edukasi kepada masyarakat di desa terkait Covid-19 dan pendataan kebutuhan alat pelindung diri (APD) Puskesmas. Amartha siap berpartisipasi dalam program tersebut di Jawa, Sulawesi dan Sumatera.
Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai, langkah Andi ini bermasalah karena mengarah pada konflik kepentingan. “Sebagai pejabat publik, ia tak berpegang pada prinsip etika publik,” demikian dikutip dari pernyataan resmi ICW, Selasa (14/4).
(Baca: Heboh Konflik Kepentingan Surat Stafsus Jokowi, CEO Amartha Minta Maaf)
Surat dengan kop Sekretariat Kabinet itu pun menuai polemik. Karena itu, Andi Taufan menarik kembali surat tersebut. “Saya mohon maaf atas hal ini dan menarik kembali surat tersebut,” kata dia dalam pernyataan resminya, hari ini (14/4).
Ia mengapresiasi berbagai pihak yang memberikan masukan terkait surat tersebut. “Tentunya hal ini akan menjadi pelajaran penting bagi saya sebagai anak muda yang ingin memberikan kontribusi untuk negeri, agar tetap mengikuti kaidah aturan dalam sistem birokrasi,” ujar dia.
Belva, Ruangguru dan Kartu Prakerja
Seperti Andi Taufan, Adamas Belva Syah Devara juga menuai polemik terkait dengan konflik kepentingan antara perannga sebagai Stafsus dan pemimpin perusahaan. Adamas Belva Syah Devara adalah pendiri sekaligus CEO Ruangguru.
Ruangguru, sebagai sebuah startup teknologi Pendidikan turut menyediakan pelatihan online yang menjadi bagian dari program Kartu Prakerja. Banyak pihak menilai hal ini tidak etis, sebab Belva sebagai pemimpin perusahaan dekat dengan lingkar kekuasaan.
Belva pun siap mundur sebagai Stafsus. “Walau tidak ada yg dilanggar secara hukum, sebenarnya demi menghindari persepsi/asumsi, saya siap dan sudah menawarkan untuk mundur (sebagai Stafsus). Namun keputusan mundur adalah keputusan besar dan harus didiskusikan dengan Istana,” katanya melalui akun Twitter @AdamasBelva, Rabu (15/4).