Tes Imunitas Corona dan Harapan Ekonomi Kembali Berputar

Martha Ruth Thertina
20 April 2020, 18:59
tes corona, corona, virus corona, herd immunity, imunitas, tes imunitas corona, tes serologi
ANTARA FOTO/REUTERS/Mike Segar/wsj/cf
Seorang perawat menghapus air matanya di luar NYU Langone Medical Center di Manhattan saat Polisi New York (NYPD) dan unit lainnya datang untuk menyemangati dan berterima kasih, Kamis (16/4/2020).

Badan pengawasan obat dan makanan Amerika Serikat FDA telah mengizinkan sekitar 90 perusahaan – kebanyakan asal Tiongkok – untuk menjual alat tes serologi alias tes darah guna mendeteksi antibodi virus corona. Tes ini akan digunakan sebagai alat “screening” dalam memilah warga yang siap kembali bekerja, dengan asumsi sudah memiliki imunitas.

Washington Post memberitakan, Presiden Donald Trump memuji langkah FDA. Alat-alat tersebut akan mendukung upaya agar warga Amerika bisa kembali bekerja, “dengan menunjukkan kepada kita siapa yang kemungkinan sudah membangun imunitas yang hebat dan indah.” Tes ini juga digadang-gadang bisa menjadi acuan dalam menentukan tenaga medis yang siap berada di garda terdepan.

Banyak pihak memang menaruh harapan bahwa tubuh manusia akan membetuk imunitas yang bakal mengakhiri pandemi corona. Apalagi, pengembangan vaksin dan obat khusus corona bisa memakan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Namun, apakah  imunitas sudah terbentuk dan tes ini bisa digunakan untuk menilai imunitas seseorang?

(Baca: Mengenali Tiga Tipe Mutasi Covid-19 yang Berbeda di Berbagai Negara)

Direktur Eksekutif Program Darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Mike Ryan menyatakan, berdasarkan banyak informasi awal yang diterima organisasinya, seroprevalensi alias jumlah orang dalam populasi yang memiliki antibodi yang dimaksud sangat rendah. Jadi, imunitas belum bisa menjadi solusi yang diandalkan pemerintah.

“Ada ekspektasi bahwa herd immunity mungkin sudah terbangun dan bahwa mungkin mayoritas masyarakat telah membangun antibodi. Saya pikir bukti secara umum bertolak belakang dengan hal itu. Ini ditunjukkan oleh seroprevalensi yang lebih rendah,” ujarnya dalam Konferensi Pers beberapa waktu lalu.

(Baca: Gagal di Inggris & Belanda dalam Hadapi Corona, Apa Itu Herd Immunity?)

HEALTH-CORONAVIRUS/USA-NEW YORK
HEALTH-CORONAVIRUS/USA-NEW YORK (ANTARA FOTO/REUTERS/Lucas Jackson/wsj/dj)

Ia mengatakan, penelitian juga masih perlu dilakukan untuk mengetahui berapa lama antibodi tersebut bisa memproteksi tubuh manusia dari virus corona. Sejauh ini, tak ada seorang pun yang yakin bahwa orang dengan antibodi yang dimaksud terproteksi penuh dari kemungkinan terinfeksi lagi.

Lebih lanjut, ia menyoroti isu sensitivitas tes yang dimaksud, yakni terkait risiko hasil tes salah – alhasil, orang merasa dirinya tidak bisa terinfeksi corona, ternyata bisa. “Bukannya tes ini tidak bisa dipakai, tapi banyak pekerjaan yang perlu dilakukan untuk menstandardisasi tes, guna memastikan tervalidasi,” kata dia.

(Baca: Menelusuri Asal Teori Konspirasi 5G dan Corona, Serta Kebenarannya)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...