Perjalanan Hidup Didi Kempot, dari Pengamen Jadi Musisi Mancanegara

Image title
5 Mei 2020, 10:40
Didi Kempot wafat di usia 54 tahun. Ia mengawali karier sebagai pengamen pada 1984.
instagram.com/@didikempot_official
Didi Kempot wafat di usia 54 tahun. Ia mengawali karier sebagai pengamen pada 1984.

Penyanyi Didi Kempot meninggal dunia pagi ini (5/4) di Rumah Sakit Kasih Ibu, Kota Solo, Jawa Tengah. Mengakhiri 54 tahun perjalanan hidupnya di dunia. Selama hidup ia dikenal sebagai penyanyi campursari yang mendapat julukan The Godfather of Broken Heart atau bapak patah hati.

Julukan tersebut diberikan kepada penyanyi bernama asli Didi Prasetyo ini karena lagu-lagunya mayoritas bertema kesengsaraan cinta. Misalnya lagu Pamer Bojo yang tenar akhir-akhir ini dan membuatnya banjir undangan tampil di sejumlah stasiun televisi dan acara musik, meskipun usianya tak muda lagi.

Advertisement

Namun, Didi bukanlah penyanyi yang tergolong sebagai one hits wonder atau tenar karena satu lagu. Karier bermusiknya panjang dan puluhan lagu hits lain telah diciptakannya. Ia mengawali karier sebagai penyanyi jalanan di Solo pada 1984 atau saat usianya 18 tahun selama lebih kurang dua tahun. Sejak saat itu pula ia mulai aktif mencipta lagu sendiri.

Pada 1987 Didi memutuskan pergi ke Jakarta untuk mengadu nasib sebagai penyanyi. Ia mengirimkan versi demo lagu-lagu ciptaannya ke sejumlah label rekaman dan sempat berulang kali ditolak. Kepada Kompas.com pada Agustus tahun lalu, ia mengaku caranya mengirimkan lagu dengan menitipkannya ke satpam label rekaman yang dituju.

“Mungkin satpamnya lupa, jadi saya enggak dipanggil-panggil,” kata Didi waktu itu.

(Berita Duka, Penyanyi Campursari Didi Kempot Meninggal Dunia)

Selama masa menunggu panggilan rekaman, penyanyi kelahiran 31 Desember 1966 ini mesti rela hidup pas-pasan di Ibu Kota dan mencari hidup lagi dari mengamen bersama Kelompok Pengamen Trotoar. Dari kelompok ini lah nama panggung Didi Kempot mulai tersemat.  

Penantian Didi Kempot akhirnya terjawab pada 1989. Label Musica Studio’s tertarik mengajaknya rekaman. Album perdananya ini resmi rilis pada 1990. Salah satu lagu yang menjadi andalan dan tetap tenar sampai berpuluh tahun kemudian dari album ini adalah Cidro.

Lagu Cidro terinspirasi dari kisah asmara Didi yang sempat gagal. Ia tak disetujui orangtua kekasihnya dan hubungannya pun mesti kandas. “Saya memang bikin lagu selalu bertema pengalaman pribadi,” kata dia dalam acara Rosi Kompas TV, awal Agustus tahun lalu.

Lahir dari Keluarga Seniman

Ketekunan Didi di jalur seni musik tak lepas dari latar belakangnya yang tumbuh dan besar dari keluarga seniman. Ayahnya, Ranto Edi Gudel adalah seniman ketoprak atau drama Jawa terkenal di Solo dan biasa dikenal sebagai Mbah Ranto.

Didi belajar menembang Jawa dan bermain musik dari melihat pentas ayahnya. Ia pun mencoba memainkan gamelan yang ada di rumahnya berikut alat musik lainnya. Dari sini lah bakat musiknya mulai terlihat dan mendapat dukungan dari bapaknya.

Di keluarga Didi, kakaknya yang bernama Mamiek Prakoso juga berprofesi sebagai seniman. Mamiek tenar bersama grup lawak Srimulat asal Surabaya. Dalam grup ini Mamiek sering beradu adegan dengan Nunung, Gogon, Doyok, dan Kadir. Ciri khas dari Mamiek adalah sedikit warna emas di sisi kanan dan kiri rambutnya.

Didi menyatakan, Mamiek lah yang hampir selalu menjadi pendengar pertama dari lagu-lagu yang diciptakannya. Misalnya lagu Pantai Klayar yang menurutnya mendapat pujian dari Mamiek.

“Mamiek sering memuji saya, ‘wah lagumu bagus.’. Kasih dukungan terus. Sampai saya tua pun terus memberikan dukungan,” kata Didi kepada CNNIndonesia, 27 Juli tahun lalu.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement