Beda Sikap Tiongkok dengan RI soal Utang untuk Stimulus Pandemi Corona

Agustiyanti
26 Mei 2020, 16:16
tiongkok, utang, pandemi corona, stimulus fiskal
ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter/hp/dj
Ilustrasi. Tiongkok tak memasang target pertumbuhan ekonomi tahun ini lantaran tak ingin jor-joran menggelontorkan stimulus fiskal.

Sejumlah negara berlomba-lomba menggelontorkan stimulus fiskal untuk memulihkan perekonomian yang terpukul akibat virus corona, termasuk Indonesia. Namun, sikap berbeda justru ditunjukkan oleh Tiongkok yang menjadi negara asal pandemi tersebut.

Pemerintah Tiongkok enggan menggelontorkan banyak stimulus ekonomi untuk mengatasi dampak pandemi corona lantaran khawatir dampaknya pada utang negara.

Oleh karena itu, Presiden Xi Jinping dalam pertemuan parlemen yang digelar Jumat (22/5) menyatakan Tiongkok tak menetapkan target pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Pasalnya jika target ditetapkan, pemerintah harus fokus pada pemberian stimulus yang kuat."Hal itu tidak sejalan dengan tujuan dari pengembangan ekonomi dan sosial kami," ujar Xi.

Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang dalam kesempatan yang sama menyatakan program stimulus dalam proposal anggaran tahun ini hanya berkisar 2% dari pengeluaran ekonomi tahun lalu. Seperti dikutip dari Forbes.com, Tiongkok kemungkinan hanya menyuntikan stimulus ekonomi sebesar 3,6 triliun yuan atau sekitar Rp 7.400 triliun untuk mengatasi krisis akibat pandemi corona.

Tiongkok pernah menerbitkan banyak stimulus ekonomi dengan mengandalkan utang pada krisis ekonomi global satu dekade lalu. Kebijakan tersebut membuat Negara Tembok Raksasa itu terbebani.

(Baca: Waspadai Utang, Tiongkok Tak Beri Banyak Stimulus Ekonomi Atasi Corona)

Mengutip South China Morning Post, Lembaga Pembangunan dan Keuangan Tiongkok mencatat total utang negara tersebut hingga akhir tahun lalu mencapai 245,4% terhadap GDP, naik 6,1% dibandingkan akhir 2018. Adapun utang luar negeri Tiongkok, termasuk dalam dolar AS mencapai US$ 2,05 triliun per akhir 2019. Jumlah ini naik dibanding kuartal tiga 2019 sebesar US$ 2,03 triliun.

Sementara itu, stimulus yang digelontorkan untuk memulihkan dampak corona bahkan kurang dari 20% rencana stimulus Amerika Serikat yang diperkirakan mencapai US$ 3 triliun atau lebih dari Rp 44.000 triliun. Namun tentu angka ini masih jauh lebih besar dibanding Indonesia yang hanya mencapai sekitar Rp 641 triliun.

Berbeda dengan Tiongkok, AS lebih bersikap leluasa terhadap posisi utang mereka. Mengutip CNN, Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell bahkan menyatakan bukan waktunya khawatir dengan utang dalam kondisi saat ini. Kekhawatiran terhadap utang dinilai dapat menghalangi langkah untuk menyelamatkan ekonomi yang terpukul akibat pandemi corona.

 (Baca: Survei LIPI: 41% Pengusaha Bertahan hingga Juli, Agustus Gulung Tikar)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...