Permintaan BBM Belum Pulih, Harga Minyak Turun ke Level US$ 33
Harga minyak dunia kembali turun pada perdagangan Rabu (27/5) dipicu ketegangan hubungan Amerika Serikat dengan Tiongkok. Selain itu, pasar pesimistis permintaan bahan bakar minyak atau BBM segera pulih meskipun sejumlah negara melonggarkan karantina wilayah.
Mengutip data Bloomberg pada hari ini pukul 07.30 WIB, harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Juli turun 1,02% menjadi US$ 35,80 per barel. Sedangkan, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli turun 1,54% ke level US$ 33,82 per barel.
Analis menyebut optimisme terhadap pemulihan permintaan BBM muncul di Amerika Seikat terutama setelah sejumlah negara bagian melonggarkan lockdowns. Namun, optimisme tersebut bisa tak tercapai.
Pasalnya, tidak ada peningkatan permintaan saat peringatan Hari Pahlawan di AS yang diperingati setiap hari Senin di minggu terakhir bulan Mei. Padahal, hari libur tersebut biasanya menandai puncak permintaan bahan bakar.
"Estimasi awal memproyeksi permintaan bahan bakar turun sekitar 30% dari tahun lalu karena orang-orang memilih tinggal di rumah," ujar riset dari ANZ seperti dilansir dari Reuters pada Rabu (27/5).
Harga juga berada di bawah tekanan setelah penasihat ekonomi Presiden AS Donald Trump, Larry Kudlow, mengatakan Tiongkok membuat "kesalahan besar" dengan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong. Hal itu semakin membuat panas hubungan kedua negara.
(Baca: Dibayangi Sentimen Ketegangan AS-Tiongkok, Harga Minyak Menguat Tipis)
(Baca: Stimulus Ekonomi AS Dorong Harga Minyak Dunia Naik Jadi US$ 32,5)
Padahal, harga minyak pada sesi sebelumnya naik didukung tanda-tanda komitmen pemangkasan produksi. Negara anggota OPEC + pada bulan lalu sepakat memangkas produksi hampir 10 juta barel per hari pada periode Mei-Juni 2020.
Menurut sumber Reuters, Menteri Energi Rusia Alexander Novak dijadwalkan bertemu produsen minyak pada Selasa waktu setempat untuk membahas kemungkinan perpanjangan pemangkasan setelah Juni 2020. Beberapa negara lain, termasuk produsen utama Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait, telah berjanji untuk memenuhi komitmen mereka.
Di sisi lain, kantor berita RIA mengatakan volume produksi minyak Rusia mendekati target negara itu sebesar 8,5 juta barel per hari untuk Mei dan Juni tahun ini. "Pembicaraan selama beberapa bulan ini guna menyeimbangkan harga mampaknya sangat mendukung," kata Analis senior Phil Flynn di Price Futures Group.
Pada Senin (25/5) lalu, Kementerian Energi Rusia mengatakan kenaikan permintaan bahan bakar akan membantu mengurangi surplus global sekitar 7 juta hingga 12 juta barel per hari pada Juni atau Juli 2020. "Pasokan minyak mentah global pada Juni 2020 kemungkinan akan turun 12 juta barel per hari dari level Maret tahun ini," kata Kepala pasar minyak Rystad Energy Bjornar Tonhaugen.
Negara-negara OPEC + dijadwalkan bertemu kembali pada awal Juni tahun ini untuk membahas pemotongan pasokan minyak. Hal itu untuk menopang harga minyak yang masih turun sekitar 45% sejak awal tahun.
(Baca: OPEC+ Pangkas Produksi dan Ekspor Besar-besaran, Harga Minyak Melonjak)